Kepada
Gema
Diego
Christian
Penerbit
GPU
Tahun
terbit 2016
Tebal
216 halaman
@iPusnas
Athisa
merasa bisa bertahan menghadapi pekerjaannya saat ini. Walau tidak bekerja
sesuai impiannya sebagai reporter, bekerja sebagai creative assistant di Star
TV membuatnya bertahan. Karena impiannya akan terwujud bukan ketika nanti ada
lowongan reporter di Star TV.
Jesse,
pacar Athisa, turut andil membuatnya bertahan. Walau saat ini hubungan mereka
sedanga diuji karena berjauhan, Athisa ingat tinggal setahun lagi perpisahan
mereka dan menunggu lamaran Jesse.
Walau
begitu Athisa selalu dihantui mimpi buruk dari masa lalunya. Athisa tidak
pernah bisa merasakan tidur nyenyak setiap harinya. Hal ini tentunya berdampak
pada performanya dalam bekerja. Hingga pada titik dirinya mempertanyakan apakah
harus tinggal atau pergi. Di saat itu kehadiran Gema, sang mantan kekasih semakin
merunyamkan hidup Athisa.
Saya
tidak bisa bilang menikmati cerita Athisa. Yang ada di pikiran saya ketika
membaca lembar demi lembar adalah sampai kapan kebosanan ini akan berakhir.
Saya
tahu ada masa lalu yang menjadi kemisteriusan Athisa. Atau saya bisa bilang
Athisa ini sok misterius. Entahlah karena mungkin dari awal saya kurang
menikmatinya. Saya hanya berharap untuk ayolah cepat akhiri saja.
Kemunculan
Gema juga tak kalah sok misterius. Tiba-tiba datang kembali dalam kehidupan
Athisa. Mengingkari cita-citanya demi mengejar Athisa. Memohon-mohon agar
Athisa mau kembali menerimanya.
Mungkin
yang coba disampaikan penulis adalah setiap orang berhak diberi kesempatan
kedua. Gema dulu pernah mengecewakan Athisa. Karena itu juga yang membuat hubungan
cinta mereka kandas. Atau lebih tepatnya Athisa ditinggalkan Gema begitu saja.
Siapa yang tidak sakit? Saya sendiri seandainya menjadi Athisa tidak akan mau menerima
Gema. Terlepas saat ini Athisa memang sudah mempunyai Jesse. Saya tipe orang
yang paranoid. Ketika seseorang pernah mengkhianati saya akan selalu ketakutan
akankah terulang kembali? Saya lebih memilih pergi daripada hidup dalam ketakutan.
Sayangnya
Athisa tidak bisa begitu. Mungkin karena banyak sekali kenangan bahagia yang
dia rasakan dengan Gema. Athisa beberapa kali tergoda dengan pesona Gema.
Saya
sejujurnya membaca sampai akhir hanya demi rasa penasaran kepada siapa Athisa
akan memilih. Dan, twist yang diberikan penulis lumayan membuat saya terkejut.
Walau dari twist itu semakin menambah banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Ada
satu hal yang membuat saya jengkel. Ada satu kalimat kecil yang ditulis merujuk
pada ucapan syukur orang Islam. Saya sempat kaget kok bisa-bisanya penulis yang
adalah beragama Kristen memasukkan unsur Islami di novelnya. Jujur hal itu
menyinggung saya sebagai seorang muslim. Makanya saya lebih menyukai ketika
sang tokoh tidak beragama. Lebih netral dan bisa diterima oleh semua agama yang
ada di dunia.
Terlepas
dari semua itu saya tetap merekomendasikan novel ini untuk dibaca. Bacaan
ringan yang cocok dibaca semua umur. Selamat membaca
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)