Rabu, 04 Desember 2019

[Review] Kepada Gema



Kepada Gema
Diego Christian
Penerbit GPU
Tahun terbit 2016
Tebal 216 halaman
@iPusnas


Athisa merasa bisa bertahan menghadapi pekerjaannya saat ini. Walau tidak bekerja sesuai impiannya sebagai reporter, bekerja sebagai creative assistant di Star TV membuatnya bertahan. Karena impiannya akan terwujud bukan ketika nanti ada lowongan reporter di Star TV.
Jesse, pacar Athisa, turut andil membuatnya bertahan. Walau saat ini hubungan mereka sedanga diuji karena berjauhan, Athisa ingat tinggal setahun lagi perpisahan mereka dan menunggu lamaran Jesse.
Walau begitu Athisa selalu dihantui mimpi buruk dari masa lalunya. Athisa tidak pernah bisa merasakan tidur nyenyak setiap harinya. Hal ini tentunya berdampak pada performanya dalam bekerja. Hingga pada titik dirinya mempertanyakan apakah harus tinggal atau pergi. Di saat itu kehadiran Gema, sang mantan kekasih semakin merunyamkan hidup Athisa.
Saya tidak bisa bilang menikmati cerita Athisa. Yang ada di pikiran saya ketika membaca lembar demi lembar adalah sampai kapan kebosanan ini akan berakhir.
Saya tahu ada masa lalu yang menjadi kemisteriusan Athisa. Atau saya bisa bilang Athisa ini sok misterius. Entahlah karena mungkin dari awal saya kurang menikmatinya. Saya hanya berharap untuk ayolah cepat akhiri saja.
Kemunculan Gema juga tak kalah sok misterius. Tiba-tiba datang kembali dalam kehidupan Athisa. Mengingkari cita-citanya demi mengejar Athisa. Memohon-mohon agar Athisa mau kembali menerimanya.
Mungkin yang coba disampaikan penulis adalah setiap orang berhak diberi kesempatan kedua. Gema dulu pernah mengecewakan Athisa. Karena itu juga yang membuat hubungan cinta mereka kandas. Atau lebih tepatnya Athisa ditinggalkan Gema begitu saja. Siapa yang tidak sakit? Saya sendiri seandainya menjadi Athisa tidak akan mau menerima Gema. Terlepas saat ini Athisa memang sudah mempunyai Jesse. Saya tipe orang yang paranoid. Ketika seseorang pernah mengkhianati saya akan selalu ketakutan akankah terulang kembali? Saya lebih memilih pergi daripada hidup dalam ketakutan.
Sayangnya Athisa tidak bisa begitu. Mungkin karena banyak sekali kenangan bahagia yang dia rasakan dengan Gema. Athisa beberapa kali tergoda dengan pesona Gema.
Saya sejujurnya membaca sampai akhir hanya demi rasa penasaran kepada siapa Athisa akan memilih. Dan, twist yang diberikan penulis lumayan membuat saya terkejut. Walau dari twist itu semakin menambah banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Ada satu hal yang membuat saya jengkel. Ada satu kalimat kecil yang ditulis merujuk pada ucapan syukur orang Islam. Saya sempat kaget kok bisa-bisanya penulis yang adalah beragama Kristen memasukkan unsur Islami di novelnya. Jujur hal itu menyinggung saya sebagai seorang muslim. Makanya saya lebih menyukai ketika sang tokoh tidak beragama. Lebih netral dan bisa diterima oleh semua agama yang ada di dunia.

Terlepas dari semua itu saya tetap merekomendasikan novel ini untuk dibaca. Bacaan ringan yang cocok dibaca semua umur. Selamat membaca

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)