Judul : Luka Dalam Bara
Penulis: Bernard Batubara
Penyunting: Teguh Afandi
Ilustrasi sampul & isi: @alvinxki
ISBN: 978-602-385-232-1
Tebal : 108 Halaman
Terbit : Maret 2017
Penerbit : Noura Books
Harga : Rp. 49.000,-
Dibaca lewat aplikasi perpus online iJakarta
Blurb
Aku mencintainya karena ia mencintai kata-kata. Aku mencintainya lebih lagi karena ia mencintai buku-buku. Aku mencintainya karena ia adalah buku bagi kata-kata yang tidak bisa aku tuliskan. Aku mencintainya karena ia menjadi rumah bagi setiap kecemasan yang tidak perlu aku tunjukkan.
Review
"Mereka bilang karena aku penulis aku bisa menulis tentang apa saja. Mereka tidak tahu, aku menyimpan lebih banyak kata dari yang bisa aku tuliskan." (p.v - Bernard Batubara)
Pernahkah dalam hidupmu menulis diary-catatan harian? Menulis kembali setiap kejadian yang terjadi dalam hidupmu, baik yang berkesan maupun tidak. Karena bersifat pribadi, hampir semua yang mempunyai kebiasaan menulis diary memilih buku yang ada gembok dan kuncinya. Seakan-akan buku diary adalah benda keramat, yang menyimpan segala rahasia sang pemilik dan terlarang untuk dibaca siapa pun.
Sama halnya dengan buku Luka Dalam Bara. Buku ini berisi curahan hati sang penulis. Penulis terlalu baik hati dengan membeberkan segala rahasianya. Padahal siapa juga yang mau buku diary-nya dikonsumsi semua orang. Lewat buku ini kita akan mengenal lebih dekat siapa sebenarnya seorang Bernard Batubara.
Ketika membaca judul buku ini yang ada di pikiran saya adalah pastinya berisi kisah sedih sang penulis. Kisah-kisah sedih dari seseorang yang pernah terluka. Kegalauan penulis yang hanya bisa dicurahkan lewat tulisan. Namun, tanpa disangka saya tidak merasakan hal tersebut selama membaca buku ini. Buku ini justru berisi kenangan-kenangan tak terlupakan penulis yang ditulis dengan kalimat-kalimat indah yang membuai pembacanya. Membuat saya acap kali membayangkan betapa romantis dan menarik kisah hidup Bara.
Seperti yang sudah saya singgung isi buku ini adalah curahan hati penulis. Cara penulis menyampaikan curhatannya disajikan secara beragam. Ada yang ditulis seperti tulisan diary biasa, bentuk surat-surat, dan dalam bentuk tanya-jawab. Penulis sangat pandai dalam merangkai tiap katanya, membuat saya betah mengikuti setiap kisah sampai akhir.
"Kehilanganmu adalah ketakutanku yang terbesar saat ini. Kehilangan kesehatanku? Tidak apa. Tapi kalau aku kehilanganmu, mungkin aku juga akan dengan segera kehilangan kesehatanku, dan aku tak ingin kesehatanku kembali. Kamu adalah kesehatanku. Kamu adalah penyembuhku." (p.44)
Buku ini juga adalah karya pertama dari penulis yang saya baca. Saya tidak pernah tahu bahwa tulisan penulis sebagus ini. Saya merasa beruntung bisa mencicipi tulisan penulis, setelah selama beberapa tahun terakhir lumayan penasaran. Semua yang diceritakan di buku diary ini diceritakan penulis dengan penuh emosional. Penambahan ilustrasi-ilustrasi cantik pun semakin menguatkan cerita yang ingin disampaikan penulis.
Tidak semua curhatan penulis saya pahami, mengingat saya sebagai seorang pengintip buku diary orang lain. Wajar saja ketika saya sampai pada bagian-bagian yang sulit dimengerti, hanya sang penulis yang tahu awal ceritanya. Yang saya lakukan hanyalah membalik-balik buku diary seseorang dan mulai penasaran dengan segala kisah yang ditulis oleh sang pemilik.
Dampak yang saya rasakan setelah membaca buku ini adalah saya terlalu penasaran dengan kisah cinta penulis. Siapa sebenarnya sosok J yang diagung-agungkan penulis. Penulis begitu emosi menceritakan pertemuannya dengan wanita bernama J. Saya dibuat baper, penasaran, dan iri. Kisah penulis dan J membuat emosi saya naik-turun. Sampai pada akhir cerita pun saya masih dibuat penasaran dengan kisah cinta penulis? Ah, penulis satu ini begitu membuat saya penasaran, sampai-sampai saya mencari kisah cinta penulis di google. lol
Selain isi tulisan buku ini yang indah, pemilihan kaver buku ini sangat jempolan. Jarang sekali saya memperhatikan detail suatu kaver buku. Sosok lelaki yang memberikan surat berisi jutaan cinta itu sangat menggambarkan bagaimana besarnya penulis mencintai J. Wanita misterius yang menjadi sentral kisah hidup Bara.
Sejujurnya sampai akhir pun saya masih sulit memahami di bagian mana buku ini yang menceritakan luka Bara. Saya terlalu fokus pada kisah cinta Bara dengan J. Saya tidak merasakan kesedihan Bara. Saya merasa Bara dan J hidup bahagia menjalani kisah cinta yang romantis. Apakah bisa dibilang luka dalam Bara adalah terlalu mencintai sosok J? Entahlah hanya persepsi itu yang bisa saya simpulkan.
Kisah pertemuan Bara dan J sangat membekas di hati saya. Bagaimana pertemuan biasa menjadi begitu luar biasa. Hal ini juga mengingatkan saya dulu saat masih berseragam putih abu-abu. Pertemuan dengan seorang yang spesial. Walau bukan kisah romantis, mengingat saya hanya sedikit berinteraksi dengan si dia. Membaca buku ini membuat saya bertanya-tanya bagaimana kabarnya sekarang. Ah, mungkin ini bisa dikatakan sebagai luka yang saya rasakan sekarang. Sampai saat ini saya belum pernah mendapat kabar tentangnya. Apakah dia bahagia di sana?
Sebuah buku bagus yang ditulis dengan indah. Kalimat-kalimat piawai yang dikemas dengan baik oleh penulis, membuat lumer hati para pembacanya.
"Kehidupan memang tidak pasti, dan ada saat-saat yang diingat oleh seseorang, dipatrikan ke dalam kenangan untuk dimunculkan di kemudian hari, seperti bunga yang dijepit di antara halaman-halaman buku, dan dikagumi serta dikenang lagi." (Shopie Collins - Clockwork Princess)