Alita
@First
Dewie
Sekar
Penerbit
GPU
Tahun
terbit 2010
Tebal
328 halaman
@iPusnas
Bohong
kalau ada yang bilang cinta bertepuk sebelah tangan itu membahagiakan. Yang
dirasakan Alita semur hidupnya adalah jatuh cinta pada Erwin. Sahabat kakaknya.
Pria yang ditolak keras kakak dan orangtuanya jika Alita berkeras menjadikan
Erwin calon suami. Alita mencoba bijak. Alita tidak ingin balasan cintanya.
Lebih baik tetap diam dan tetap mencintai walau tidak akan berakhir bersama.
Tapi, benarkah? Sanggupkah Alita merelakan cintanya yang bersemi sejak dirinya
berumur 13tahun. Sanggupkah Alita membohongi perasaannya ketika sang pria
penggoda berbalik jatuh cinta padanya? Alita mencoba bertahan. Demi kakaknya.
Demi orangtuanya. Demi dirinya. Walau sulit.
****
Sumpah,
kalau boleh jujur cerita Alita ini sangat membosankan. Dari Alita remaja. Sampai
dewasa. Fokus Alita tidak pernah berubah. Erwin. Pencuri hatinya. Dan kegalauan
cinta bertepuk sebelah tangannya.
Sejujurnya,
saya berharap plot standar yang sudah menjamur. Playboy akut yang tobat. Jatuh
cinta setengah mati. Berakhir bahagia. Membuat hari pembaca lega dan bahagia. Itulah
yang selalu dicari pembaca naif seperti saya.
Hati
saya lebih tentram dan damai. Tidak uring-uringan dengan segala macam tingkah
bejat Erwin. Sejak tahu betapa Erwin buaya kelas kakap, saya beneran lepas
tangan dan tidak berkeingan lagi menjodohkan dia dengan Alita. Maksudku kupikir
Erwin pribadi yang lebih baik. Momen terungkapnya perasaan Alita pada Erwin sangat
kutunggu-tunggu. Dan, reaksi Erwin sangat bertolak belakang dan sungguh membuat
saya marah.
Bagaimana
tidak? Erwin dengan jelas bilang bahwa dirinya menyayangkan sikap diam Alita,
kenapa Alita tidak mencoba menggoda Erwin. Jika saja Alita mau Erwin dengan
lapang dada akan menerima Alita sebelum resmi menerima lamaran seseorang. Maaf
seandainya ada yang membaca tulisan saya dan merasa saya memberi garis besar
cerita. Karena saya terlalu marah pada Erwin. Yang ada di pikiran saya sejak
awal adalah mungkin pada akhirnya Alita akan dijodohkan dengan Erwin. Mungkin
pada akhirnya ada akhir bahagia untuk mereka. Tapi bukan itu yang saya
dapatkan.
Bohong
kalau saya bilang tidak menikmati cerita Alita. Karena ada saatnya interaksi Erwin
yang manis pada Alita membuat saya bahagia membacanya. Tapi saya juga tidak
bisa bohong membenci akhir yang dipilih penulis.
Dan,
siksaan dari penulis pun belum berakhir. Masih ada satu lagi buku yang menceritakan
tentang Alita. Yang mau tidak mau harus kubaca demi ketenangan batin saya.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)