Selasa, 01 November 2016

[Review] My Bittersweet Marriage

0



Judul : My Bittersweet Marriage
Penulis : Ika Vihara
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2016
ISBN : 978-602-02-8243-5
Tebal : 349 hlm
Bisa dibaca secara gratis di aplikasi perpus online iKaltim




Aarhus. Tempat yang asing di telinga Hessa. Tidak pernah sekali pun terlintas di benaknya untuk mengunjungi tempat itu. Namun, pernikahannya dengan Afnan membawa Hessa untuk hidup di sana. Meninggalkan keluarga, teman-teman, dan pekerjaan yang dicintainya di Indonesia. Seolah pernikahan belum cukup mengubah hidupnya, Hessa juga harus berdamai dengan lingkungan barunya. Tubuhnya tidak bisa beradaptasi. Bahkan dia didiagnosis terkena Seasonal Affective Disorder. K einginannya untuk punya anak terpaksa ditunda. Di tempat baru itu, Hessa benar-benar menggantungkan hidupnya pada Afnan. Afnan yang tampak tidak peduli dengan kondisi Hessa. Afnan hanya mau tinggal dan bekerja di Denmark, meneruskan hidupnya yang sempurna di sana.
Kata orang, cinta harus berkorban. Tapi, mengapa hanya Hessa yang melakukannya? Apakah semua pengorbanannya sepadan dengan kebahagiaan yang pernah dijanjikan Afnan padanya?

******

Ketika pertama kali membaca cerita Hessa dan Afnan yang dijodohkan yang terbersit adalah diri sendiri. Bukan mau bilang cerita mereka 100% terjadi di kehidupan nyata, hanya kesamaan mereka dijodohkan karena hubungan pertemanan orangtua. Makanya sejak membaca paragraf pertama saya langsung merasa klik dan nggak sabar buat baca.
Bagi saya baru pertama kali membaca suatu cerita yang sangat realististik seperti Hessa dan Afnan. Mereka menikah karena unsur perjodohan, sama-sama merasa sadar diri bahwa mereka menikah tidak karena saling jatuh cinta. Hanya unsur kepraktisan yang menjadi alasan. Usia semakin tua membuat mereka ketakutan seandainya tetap hidup sendiri. Dengan menikah paling tidak seandainya sakit ada seseorang yang tahu, begitu yang ada di pikiran Afnan.
Hal lain lagi adalah ketakutan Hessa ketika menikah dengan Afnan dan diharuskan untuk ikut suaminya tinggal di luar negeri, Denmark. Sangat wajar, mengingat di sana tidak ada keluarga, satu-satunya yang dianggap keluarga adalah suami yang baru dikenal dan tidak dicintainya.
Tapi, mereka berdua mau belajar. Untuk menjadi suami dan istri yang baik. Mencoba saling jatuh cinta secara perlahan. Dan berjanji untuk hidup bersama selamanya walaupun nantinya tidak akan saling mencintainya. Super realistik dan tidak banyak drama.
Saya suka keputusan penulis yang hanya mengeksplor hubungan keduanya saja. Bagaimana Hessa menyesusaikan menjadi seorang istri, menjadi perantau di negeri orang. Masalah-masalah domestik yang terjadi pun sangat wajar dialami Hessa. Homesick. Berat malah.
Hessa yang tidak kerasan malah mengidap penyakit kekerungan cahaya matahari bahasa doketernya Seasonal  Affective Disorder. Suatu penyakit yang saya dan Hessa anggap konyol. Mengingat sengatan matahari sangat membuat saya kesal, apa lagi aktivitas saya sehari-hari memakai kendaraan motor.
Saya dulu pernah tahu penyakit ini. Dan baru tahu efeknya ketika membaca cerita ini. Bagaimana Sang Pencipta menciptakan semuanya dengan sempurna. Sampai-sampai tidak ketemu cahaya matahari beberapa bulan saja kita sudah terbaring lemah tidak berdaya. Kita manusia ini khususnya orang Indonesia terkadang lupa nikmat yang selalu diberikan secara gratis dan cuma-cuma.
Hessa sendiri harus menjalani terapi menerima cahaya matahari buatan. Ugh, sangat kedengaran konyol dan tidak masuk akal bukan? 
Selain masalah-masalah yang menimpa Hessa, tokoh Afnan ini tipe-tipe rasional macam tokoh Rex yang walau ngeselin tapi bikin cinta juga. Saya sempat kesal dengan Afnan yang tega-teganya membuat Hessa menderita. Lagi. Lagi. Jauh dari orangtua tidak punya teman setiap hari sendirian di rumah menunggu suami pulang. Begitu seterusnya. Siapa yang tidak gila?
Namun, lagi-lagi alasan rasional Afnan selalu membuat saya dan Hessa luluh. Wajar saja Hessa dengan cepat jatih cinta pada Afnan. Selalu ada kejadian manis di antara mereka berdua. Apa lagi Afnan yang rasional ini juga tipe orang yang enak diajak bicara. Orangnya blak-blakan malah. Membuat kehidupan rumah tangga mereka berdua bikin iri. Manis banget.
Seperti yang saya bilang di awal, karena penulis hanya fokus pada hubungan mereka berdua saya cerita lebih terarah dan tidak melebar kemana-mana. Dari sini bisa dilihat bahwa Afnan memang sungguh-sungguh ingin membahagiakan istrinya. Kehidupan mereka memang tidak terlalu banyak drama, hanya gambaran kehidupan suami-istri yang mungkin dijalani kebanyakan pasangan. Tapi anehnya saya tidak bosan mengikuti cerita meraka. Siklus hidup mereka hanya berkisar mesra-mesraan, bahagia, bertengkar, baikan, sedih, bahagia berulang terus. Kehidupan mereka bedua yang biasa-biasa saja itu beneran membuat saya hangat. Membuat saya bertanya-tanya akan seperti apa kehidupan pernikahan saya nanti. Apa seperti Afnan dan Hessa. Ah, kalian membuat saya baper saja. xp
Yang mengganggu saya hanyalah typo, masalah teknis yang bikin jengkel. Kemudian cara penulis ketika perpindahan dialog dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Saya sempat merasa perpindahan ini kurang halus. Ketika saya merasa dialog sudah pindah ke tokoh lain eh tiba-tiba masih dialog tokoh yang sama. Membuat saya kurang nyaman dan agak kebingungan. Dan penggunanan tanda seru. Saya merasa penulis sering salah meletakkan tanda seru ini. Yang saya tahu tanda seru itu ekspresi untuk menunjukan ketegasan atau kemarahan. Terlalu sering memang tanda seru dengan pasangan sendiri apa bukan jatuhnya teriak-teriak kan ya.
Overall, saya belajar banyak dari pasangan ini. Menjalani kehidupan pernikahan yang ribet dengan cara realistik dan asyik. Semoga dalam waktu dekat saya juga bisa seperti Hessa yang bisa segera bertemu dengan calon suami. Aamiin.
Bacaan yang menghibur dan sangat menyenangkan! Selamat membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com