Minggu, 11 Februari 2018

[Review] Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990

2




Judul: Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Tahun terbit: April, 2014
Tebal buku : 332 halaman
ISBN: 9786027870413


"Kuakui, dia selalu memiliki cara yang sulit kuduga untuk membuat aku merasa suprise dan  sangat terharu. Apa yang dia lakukan benar-benar istimewa, sesuatu yang berbeda yang tidak pernah terpikir orang lain. Sesuatu yang selalu berhasil untuk membuatku merasa dicintai, merasa sangat dihargai dengan cara istimewa dan dengan cara yang tidak biasa."

Fenomena Dilan. Itulah yang terjadi saat ini di tahun 2018. Hampir semua kalangan membicarakan Dilan. Terutama para ABG. Yang tadinya tidak tahu tentang Dilan demi dianggap kids zaman now, semuanya mulai mencari. Hal itu terjadi karena saat ini sedang diputar film Dilan di bioskop. Walau begitu sebelum cerita Dilan diadaptasi ke layar lebar, novel Dilan sudah termasuk jejeran novel best seller. Adaptasi ke layar lebar hanya menjadikan cerita Dilan menjadi semakin populer.
Saya sendiri termasuk salah satu minoritas. Walau dari dulu saya penasaran siapa sih sebenarnya Dilan, hati saya belum tergerak. Baru saat ini ketika mendapat kesempatan tanpa membuang waktu saya pun ingin terjangkit wabah fenomena Dilan. 
Dilan, seseorang yang dikenal Milea ketika keluarganya harus pindah ke Bandung karena alasan pekerjaan ayah Milea yang seorang tentara. Milea merasa perkenalan dengan Dilan sangat tidak biasa. Dengan tiba-tiba dan dengan tanda tanya besar. Bagaimana tidak? Seorang anak laki-laki yang tak dikenal mendatangi dirinya di pagi hari ketika perjalanan ke sekolah, bukannya menggoda ingin mengajak berkenalan, yang dilakukan Dilan adalah meramal Milea.
Yup, aneh bin ajaib, itulah kesan yang kudapat dari Dilan. Pendekatan yang dilakukan Dilan benar-benar beda dari kebanyakan. Pantas saja membuat Milea penasaran. Saya pun sebagai pembaca dibuat heran dengan segala tingkahnya itu. Tapi, entah kenapa tingkah Dilan malah bikin nagih. Saya paham betul perasaan Milea, kalau jadi Milea siapa pun akan langsung menaruh rasa pada Dilan. Walau kadang tingkah Dilan aneh dan jayus, tapi ada saja tingkahnya yang manis mengena di hati. Bikin para pembaca dan Milea klepek-klepek. lol.
Ide cerita Dilan sendiri sangat sederhana dan umum, kisah percintaan remaja. Namun, kekuatan buku ini adalah justru di situ. Cerita Dilan khas remaja sekali. Anak SMA yang saling jatuh cinta. Walaupun novel ini bersetting tahun 1990, sesuai judul novelnya, anehnya sangat bisa diterima dan tidak ada kesulitan bagi saya untuk menyelami suasana Bandung Tahun 1990. Pacaran ala remaja tahun 1990 : jalan-jalan keliling kota dan sembunyi-sembunyi kencan menggunakan telepon rumah.

“Dilan mungkin tidak paham dengan teori bagaimana seorang lelaki harus memperlakukan wanita, tapi apa yang dia lakukan selalu bisa membuat aku merasa istimewa dan lain daripada yang lain. Menjadi wanita yang paling indah yang pernah kurasakan. Tanpa perlu berlebihan bagi dia untuk membuat aku merasa lebih.”

Saya jatuh cinta pada Dilan. Iya, walau awalnya tidak mau mengakui. Habis bagaimana lagi keanehan Dilan justru membuat saya terpesona. Mungkin di situlah letak keunikan Dilan. Karakter Dilan sangat unik. Dilan digambarkan sebagai remaja SMA anggota geng motor yang jatuh cinta pada Milea, gadis cantik pindahan dari Jakarta. Walaupun memang semua yang menyangkut geng motor konotasinya jelek, tapi Dilan berbeda. Yang aku tangkap Dilan itu super romantis. Dilan kadang terlihat cuek, tapi kata-kata yang keluar dari mulut Dilan entah kenapa selalu terkesan romantis. Semua kata-kata yang ditujukan untuk Milea penuh cinta dan kerinduan. Makanya saya selalu senyum-senyum sendiri ketika Dilan sedang mengobrol dengan Milea.
Yang agak mengganggu dari novel ini adalah gaya penulisan yang disajikan oleh penulis. Saya kurang menyukai tulisan non baku dan dialog-dialog santai yang dipakai penulis. Namun, jujur saja walau memang mengganggu kenyamanan dalam membaca entah karena ceritanya yang mengalir atau memang ini keahlian penulis saya makin menikmati dan tidak peduli dengan semua itu. Yang saya pedulikan hanyalah bahwa iya, Dilan super romantis.
Buku ini adalah awal dari seri Dilan. Sudah menjadi kebiasaan buku berseri membuat para pembacanya penasaran dengan cerita selanjutnya. Saya pun masih ingin tahu bagaimana kelanjutan kisah Dilan dan Milea. Akankah sesuai dugaan saya? Ah, kepengin cepat-cepat dapat kesempatan bisa membaca buku Dilan lainnya.
Bagi yang ingin terjangkit wabah fenomena Dilan, tidak ada salahnya mencicipi buku ini. Apa lagi ketika ingin mencocokkan dengan versi layar lebarnya. Bagi yang sudah menonton cerita Dilan di bioskop, belum afdol rasanya jika tidak membaca versi novelnya. Selamat membaca. 

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com