Judul: Long Distance Bride
Penulis: Pio Andre
Penerbit: Penerbit PT Grasindo
Tebal: 146 halaman
Terbit: 2014
Firasat itu sebenarnya sudah ada, satu persatu dialami oleh Melisa, tetapi ia tak mengenali tanda-tanda. Ternyata saat itu adalah detik-detik terakhir perjumpaan dengan Nanda, suaminya. Mereka terpaksa harus berpisah sebelum sempat menikmati lebih lama lagi malam pengantin.
Orang bilang ada masanya pergi dan ada masanya datang. Itulah yang dialami Melisa. Di ujung penantiannya menunggu kabar dari Nanda, di saat ia tengah berjuang melahirkan buah cintanya dengan Nanda, jerit tangis kelahiran bayinya mengiringi sang ayah yang tengah berjuang seorang diri dari kerasnya hempasan deburan ombak. Belum sempat Nanda menatap cantik paras wajah bayi perempuannya yang lahir, ia berada antara hidup dan mati terapung-apung di tengah lautan Alaska.
Kepada siapa Nanda menitipkan segala kerinduannya itu?
**********
Awalnya saya tidak bakalan mengira kalau novel ini akan seburuk itu. Karena di prolog jelas-jelas Nanda dan Melisa adalah pasangan pengantin yang sangat berbahagia. Tiba-tiba saya disuguhkan kelemahan hati Melisa gara-gara ditinggal suaminya merantau.
Ugh, mungkin ini yang namanya ujian pernikahan kali ya. Ada kalanya sisi egois saya yang tidak mau memahami, yah mungkin juga karena saya belum pernah terjun langsung dalam kehidupan pernikahan. Saya yang masih lajang kemungkinan masih menggebu-gebu sifat egoisnya. Tapi entahlah, salahkah saya kalau membenci sifat lemah Melisa? Dia seakan menyalahkan takdir yang membuatnya kesepian gara-gara ditinggal suami. Padahal pastinya Melisa sudah siap sebelum menikah dengan Nanda. Dirinya akan ditinggal dan segala resiko harus ditanggung Melisa. Eh, Melisa malah tergoda dengan kedatangan Brandon. Melisa merasa tidak kesepian lagi ketika hari-harinya diisi dengan kehadiran Brandon.
Yah, mungkin namanya juga khilaf sih ya. Padahal sudah tahu tinggal bareng mertua, sudah pasti sang mertua akan lapor pada anaknya. Bagaimana istrinya bersikap. Ugh, kepengin digetok emang si Melisa ini.
Well, saya tidak bisa bilang menikmati cerita Melisa dan Nanda. Selain fakta Melisa yang seperti itu, perjalanan menuju akhir cerita ini begitu absurb. Terlalu drama dengan semua yang menimpa Nanda. Saya kurang bisa menerimanya. Kemungkinan hanya buku ini bukan selera saya. Saya kurang bisa menikmati model cerita domestic romance seperti ini. Ujungnya tetap membuat saya kecewa.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)