Judul : A Life
Penulis: Silvia Arnie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Februari 2007
Genre: Teenlit
Tebal: 208 halaman
Dilihat dari mana pun, Lunna dan Ginna sangat bertolak belakang. Tapi mereka mencintai cowok yang sama: Roland. Alias Sandy. Atau entah alias siapa lagi, tapi yang jelas cowok itu brengsek. Dan berani menduakan mereka.
Dan pantas ditinggalkan. Hhhh... nyebelin banget, kan?
Tapi toh, selalu ada hikmah di balik semuanya. Sebab siapa sih yang nyangka, dua cewek yang ketemu lewat peristiwa menyakitkan hati itu akhirnya bisa bersahabat? Dan saling mendukung, membantu yang lain melewati masa-masa sulit setelah mereka dikhianati? Sampai akhirnya mereka bertemu cowok-cowok yang lebih layak menerima cinta mereka. Sampai mereka akhirnya sadar bahwa persahabatan lebih penting dari apapun juga.
*******
Lunna dan Ginna bertemu dan berkenalan diwaktu yang salah. Mereka berdua adalah korban dari cowok brengsek yang berani-beraninya menduakan mereka berdua. Yup, Lunna dan Ginna dipermainkan oleh satu cowok yang sama. Ketika akhirnya Lunna memergokinya cowoknya jalan dengan cewek lain. Tanpa segan-segan dirinya bertengkar hebat. Sayangnya walau Lunna dan Ginna berjuang mati-matian mempertahankan harga diri mereka demi seorang cowok bernama Christiann Sandy Albert Nugroho. Cowok itu malah kabur meninggalkan keributan yang dihasilkan oleh mereka berdua.
Walau hubungan awal mereka dibentuk dari sesuatu yang salah anehnya mereka berdua malah menjadi akrab. Ginna seperti menemukan sahabat yang mengerti dirinya. Dan Lunna sendiri bertemu gadis yang mampu menyainginya dalam adu mulut. Tanpa disangka hubungan aneh mereka berdua terus berlanjut. Dan mereka berdua saling berjanji untuk move on dan mendapatkan cowok yang lebih baik.
Ide yang unik menurut saya. Dua cewek yang saling tersakiti akhirnya menjadi sahabat karib. Aneh dan menjadi sesuatu yang langka. Yah, walau bisa dimengerti karena mereka berdua sama-sama dikecewakan oleh satu orang cowok. Saya suka sifat Lunna yang meledak-ledak. Kayaknya seru aja punya teman seperti Lunna. Dia bisa mengimbangi sifat manja Ginna. Ginna yang terbiasa selalu dituruti semua keinginannya membuat dirinya merasa tertantang ketika bertemu cewek urakan seperti Lunna.
Saya suka bagaimana mereka berdua sama-sama move on. Walau saya agak merasa porsi Sandy agak buram karena kemunculannya yang jarang. Yah, mau bagaimana lagi sih, dia cowok pengecut.
Plot twist di akhir tentang Lunna agak membuat saya kaget. Dan saya kurang setuju dengan twist yang diberikan penulis. Mungkin biar cerita lebih terasa efek dramatisnya, tapi entahlah saya merasa terlalu berlebihan. Yah, walau saya agak kecewa dengan akhirnya saya cukup menikmati hubungan aneh Lunna dan Ginna. Hubungan yang lebih sering diisi dengan adu mulut. Tapi membuat hubungan mereka tidak membosankan. Bacaan yang menghibur.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)