Judul : Wonderful Life
Pengarang : Amalia Prabowo
Tahun Terbit : Cetakan I, April 2015
Penerbit : POP (KPG)
Tebal : 169 halaman
Kategori : Nonfiksi, pengembangan diri
ISBN : 978-979-91-0854-8
Rating : 4/5
Bisa dibaca secara gratis di aplikasi iJakarta
Sinopsis:
“Sen… dok, Qil.”
“Nes… dok.”
“Sendok....”
“Nesdok....”
Jalan hidup Amalia Prabowo terasa runtuh ketika tahu Aqil, putra sulungnya, menyandang disleksia. Perempuan dengan pendidikan dan karir cemerlang ini harus berlapang dada putranya divonis tak akan mampu meraih prestasi akademis. Aqil tidak hanya kesulitan dalam melafal kata dan merangkai kalimat, tapi juga membaca, menulis, dan berhitung.
Tak mau menyerah pada nasib, Amalia berusaha masuk ke dunia Aqil. Berbekal kesabaran, kemauan untuk mendengar dan memahami, Amalia menemukan dunia yang penuh warna, imajinasi, dan kegembiraan. Dunia yang mengubah secara total kehidupan pribadi dan keluarganya.
Review:
"Lukisan Aqil" |
"Namaku Amalia, putri bungsu keluarga ningrat Jawa yang berpendidikan tinggi dan berkecukupan materi. Inilah kisah petualanganku, petualangan hidup jatuh-bangun, petualangan yang indah, petulangan yang "sempurna"." (p.2 - Amalia)
Sejak kecil Amalia diajarkan oleh Ayahnya untuk hidup secara teratur dan terencana. Bagi Amalia semua akan terkendali dengan baik dan sempurna jika segalanya sudah dilakukan secara teratur dan terencana. Tidak ada dalam kamus Amalia yang namanya panik, terburu-buru dalam melakukan apa pun. Semuanya dikerjakan secara rapi dan terkendali.
Begitupun
dengan rencana masa depannya. Masuk ke perguruan tinggi pilihan sendiri
dengan modal PMDK, begitu lulus menikah dengan seseorang yang dulu
pernah dikaguminya. Dan memulai kehidupan keluarga kecilnya di Jakarta.
Semuanya
terasa sempurna walau kendala tentu saja ada. Amalia dan suaminya
divonis akan kesulitan mendapatkan momongan. Dalam kamus Amalia tidak
ada kata menyerah. Amalia muda tidak beranggapan hal itu sebagai
kendala. Mereka masih tetap bersama hingga 10 tahun kebersamaan tidak
membuat mereka semakin bahagia. Akhirnya Amalia memutuskan untuk
berpisah dengan suaminya.
Lantas apa Amalia terpuruk setelah perpisahan dengan suaminya? Tidak. Bagi Amalia hidup tidak berhenti begitu saja bahkan ketika kita sedang bersedih. Amalia semakin memantapkan kakinya di dunia kerja yang digelutinya.
Setelah
2 tahun fokus dalam karirnya. Dalam kesendiriannya Amalia bertemu
dengan pria yang mengenalkan pada dirinya apa sebenarnya arti cinta.
Pria yang kemudian menjadi suami keduanya. Pria yang sangat dicintainya.
Dari perkawinannya yang kedua ini Amalia dikarunia dua malaikat buah
cintanya, Aqil dan Satria.
Kehadiran
mereka bertiga menjadikan Amalia sadar bahwa hidupnya selama ini
kering-kerontang. Kehadiran mereka menjadi pelangi yang menjadi sumber
daya baru bagi Amalia.
Semua
rencana sudah ada di kepala Amalia. Kedua putranya harus mendapat
pendidikan yang sama seperti dirinya dulu. Namun, rencana manusia
hanyalah tinggal rencana ketika berhadapan dengan rencana Sang Kuasa.
"Bukankah jika rencana dijalankan dengan disiplin, seluruh hidup kita bisa sesuai dengan yang diinginkan?" (p.15 - Amalia)
"Aqil" |
Hingga saya dikejutkan pada kenyataan bahwa ilustrasi itu adalah ciptaan Aqil, anak sulung Amalia. Wow, sungguh sangat kreatif. Bocah sekecil itu bisa menciptakan dunia yang sangat unik dan keren. Walau jujur ilustrasi yang dibuat Aqil sangat aneh. Semuanya seperti gambar Alien dan abstrak. Tapi entah mengapa dengan semua ekspresi senyuman di tiap wajah yang diciptakan Aqil, saya merasakan kebahagiaan.
Apa yang ingin disampaikan Amalia dalam buku ini adalah bahwa setiap orang akan menemukan hidupnya sempurna jika mau berdamai dengan kehidupannya. Sebuah pesan sedehana yang terkadang hampir dilupakan oleh semua orang.
Setelah mengetahui Aqil mengidap disleksia, Amalia merasa segala rencana-rencana kecilnya tentang masa depan Aqil hancur sudah. Tidak ada lagi rencana yang sempurna ketika Aqil tidak bisa mengikuti pendidikan dengan baik. Karena disleksia Aqil tidak seperti kebanyakan anak seusianya. Aqil kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung.
Amalia hanya terlalu fokus dengan ketidakbisaan Aqil dalam mengikuti seluruh pelajaran yang ada di sekolah. Puncaknya ketika Aqil disuruh untuk homeschooling daripada sekolah di sekolah konvensional.
Saya pribadi mungkin akan bereaksi sama seperti Amalia. Orangtua mana
yang tidak ingin anaknya tumbuh dengan baik. Bisa mengikuti semua
pelajaran selayaknya anak-anak normal seusia Aqil. Butuh perjuangan bagi
Amalia untuk menyakinkan dirinya. Menerima kenyataan anaknya mengidap
disleksia. Hingga percakapan kecilnya dengan Aqil mengubah seluruh
pandangan Amalia.
"Apa yang membuatku melangkah dengan ringan dan penuh cinta? Perubahan cara pandang." (p.121 - Amalia)
Banyak
sekali yang akan kita dapatkan setelah membaca buku ini. Dari keluarga
kecil Amalia kita akan tahu apa itu sebuah perjuangan, hidup yang
sempurna dan normal dan cara pandang kita dalam menjalani kehidupan yang
telah diberikan oleh Tuhan YME.
Buku yang sangat bagus dan menginspirasi. Membuat kita tidak akan pernah menyerah.
"When
you have a lot of problems to deal with. It is easy to convince
yourself that you are the unhappiest person in the world." (Anonim)
"Keluarga Kecil Amalia" |
Gue juga awalnya bingung pas lihat ilustrasinya. Hahaha *ngga baca sinopsisnya dulu soalnya* :) nice review ain :)
BalasHapusSamaan! Keburu napsu ikutan kontes, asal sikat aja hehe xD
Hapusciyeh para pemenang
BalasHapussaya malah baru bikin review dan sinopsis singkatnya di blog, salam kenal dari blog tetangga sebelah http://www.reviewdansinopsis.com/
BalasHapus