Judul: The Girl
on The Train
Pengarang: Paula
Hawkins
Penerjemah:
Ingrid Nimpoeno
Penerbit: Noura
Books
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 431 halaman
Sinopsis
Rachel menaiki
kereta komuter yang sama setiap pagi. Setiap hari dia terguncang-guncang di
dalamnya, melintasi sederetan rumah-rumah di pinggiran kota yang nyaman,
kemudian berhenti di perlintasan yang memungkinkannya melihat sepasang suami
istri menikmati sarapan mereka di teras setiap harinya. Dia bahkan mulai merasa
seolah-olah mengenal mereka secara pribadi. “Jess dan Jason,” begitu dia menyebut mereka. Kehidupan
mereka-seperti yang dilihatnya-begitu sempurna. Tak jauh berbeda dengan
kehidupannya sendiri yang baru saja hilang.
Namun kemudian,
dia menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta mulai
bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini segalanya berubah. Tak mampu
merahasiakannya, Rachel melaporkan yang dia lihat kepada polisi dan menjadi
terlibat sepenuhnya dengan kejadian-kejadian selanjutnya, juga dengan semua
orang yang terkait. Apakah dia telah melakukan kejahatan alih-alih kebaikan?
Review
Rutinitas yang biasa dijalani oleh Rachel Watson adalah berangkat pagi dan pulang sore
dari wilayah Ashbury tempat tinggalnya ke tempat kerjanya di Euston menggunakan kereta api. Tempat duduk
favorit Rachel adalah di Gerbong D. Dimana dia bisa mendapat pemandangan
sempurna ke rumah pinggir-rel favoritnya : rumah nomor lima belas. Keadaan rumah
dan penghuninya itu selalu mengingatkan Rachel akan kehidupan pernikahannya
dulu. Dimana Rachel masih menjadi pasangan bahagia bersama mantan suaminya, Tom
Watson. Imajinasi Rachel yang aktif membuat dirinya mengkhayalkan pasangan
suami-istri itu bernama Jason dan Jess. Walau sebenarnya Rachel tidak mengenal
mereka, Rachel selalu menganggap mereka sebagai pelipur lara Rachel yang tidak berhasil
mempertahankan rumah tangganya.
Hampir setiap
hari Rachel selalu mengamati keadaan rumah nomor lima belas itu. Di mata
Rachel, Jason dan Jess adalah pasangan yang sempurna dan serasi. Sama-sama
berwajah rupawan dan terlihat saling mencintai satu sama lain. Karena itulah
Rachel menjadi marah ketika dirinya tahu Jess berselingkuh dari Jason. Dari kejauhan
di tempat duduknya Rachel melihat Jess sedang berciuman dengan lelaki berkulit
gelap yang Rachel pastikan itu bukan Jason.
“Betapa teganya Jess berbuat seperti begitu. Ada apa dengannya? Lihatlah kehidupan yang mereka miliki, lihatlah betapa indahnya! Aku tidak pernah mengerti betapa orang bisa dengan entengnya mengabaikan kerusakan yang mereka timbulkan gara-gara mengikuti kata hati mereka. Siapa bilang mengikuti kata hatimu adalah sesuatu yang baik? Itu egoisme murni, keegoisan tertinggi.” (Rachel-p.39)
Rachel tidak
habis pikir mengapa Jess tega berselingkuh dari Jason. Mengapa Jason harus
bernasib sama seperti dirinya yang ditinggalkan Tom demi seorang wanita bernama
Anna. Pikiran Rachel hanya satu, dia
harus segera memberi tahu Jason apa yang sudah dilihatnya. Rachel memutuskan
untuk berkunjung ke rumah nomor lima belas yang selama ini selalu diamatinya dari jauh itu. Namun, sebelum Rachel sempat melaksanakan niatnya terjadi peristiwa hilangnya wanita bernama Megan,
yang tak lain dan tak bukan adalah nama sebenarnya Jess dalam khayalan Rachel.
Rachel mulai
meragukan tindakannya karena setelah kemarahannya itu Rachel memilih untuk
mabuk-mabukan. Rachel tidak bisa mengingat peristiwa malam itu karena dirinya terlalu banyak menenggak alkohol. Mungkinkah Rachel ada hubungannya dengan peristiwa hilangnya
Megan?
***
Perasaan saya ketika membaca novel The Girl On The
Train adalah bagaimana saya selalu terkecoh dengan segala yang ada pada
tokoh Rachel. Awalnya
saya menyangka Rachel adalah perempuan membosankan yang suka sekali
berkhayal selama perjalanannya di kereta api. Namun, ternyata kehidupan Rachel
sangat rumit. Karena merasa dirinya tidak bisa memiliki bayi Rachel menjadi depresi dan
memilih alkohol sebagai pelariannya. Tom yang tidak tahan dengan Rachel memilih
perempuan lain demi menghibur dirinya. Puncaknya ketika Tom menyerah dan
menceraikan Rachel. Rachel yang masih mencintai Tom sebenarnya tidak
menginginkan perceraian. Anna, istri baru Tom yang sedang mengandung semakin
menegaskan dirinyalah yang menjadikan penyebab kerusakan rumah tangganya. Rachel
menjadi semakin depresi dan sering mabuk-mabukkan yang menyebabkan dirinya
dipecat dari tempat kerjanya.
See, kejutan lain karena sebenarnya Rachel hanya bolak-balik
setiap hari walau dirinya tidak memiliki pekerjaan lagi. Bisa dipastikan
Rachel bukanlah jenis tokoh yang bakalan disukai pembaca. Seperti tidak adanya
hal baik dari diri Rachel yang mudah disukai oleh pembaca. Namun, entah kenapa
saya malah simpatik pada tokoh Rachel. Segala tindakan depresi Rachel sangat
masuk akal. Mengingat seperti yang kita tahu masyarakat masih memiliki
pandangan bahwa rumah tangga yang sempurna adalah dengan adanya bayi. Rachel memilih menyerah karena walau
sudah berusaha dirinya kesulitan memiliki seorang bayi.
Hal yang paling
menarik dari novel ini ditulis dengan menggunakan tiga sudut pandang yang
berbeda. Novel ini memakai sudut pandang Rachel, Megan dan Anna. Saya merasa
takjub ketika ketiga tokoh ini saling berhubungan satu sama lain. Awal cerita
sama sekali tidak ditunjukkan bahwa Rachel mengenal Megan dan Rachel sendiri
memilih untuk tidak berhubungan dengan Anna yang sudah merebut mantan suaminya.
Peristiwa hilangnya Megan menjadi puncak konflik dalam kehidupan Rachel. Rachel
yang merasa mempunyai bukti penting hilangnya Megan, malah menjadi ragu ketika kewarasannya patut dipertanyakan. Pembaca
malah digiring untuk mempunyai pikiran : Benarkah Rachel sebagai saksi
alih-alih dirinya adalah sang pelaku? Saya sangat kagum dengan kekuatan
bercerita penulis yang membuat pembacanya terombang-ambing ketika mengumpulkan
bukti-bukti yang dipaparkan sejak hilangnya Megan.
Saya menyukai keputusan yang diberikan oleh penulis dengan
mengajak pembaca untuk menebak misteri hilangnya Megan. Penulis
sedikit demi sedikit memberi petunjuk siapa dalang di balik hilangnya Megan.
Kesenangan untuk pembacalah yang coba diberikan sang penulis. Penulis dengan gamblang
memberi bukti-bukti yang mengarahkan pada pelaku. Dan saya sebagai pembaca
merasa terkejut ketika bisa menyimpulkan siapa pelaku sebenarnya. Saya sampai ikut tegang dan
deg-degan seperti tokoh utama, akan seperti apa ending yang diberikan penulis.
Novel bergenre thriller
psikologi pertama yang saya baca yang berhasil memunculkan ketegangan sampai akhir. Pembaca
dibuat penasaran dan terkecoh dari awal. Suatu bacaan yang tidak akan membuatmu
berhenti sebelum selesai membacanya. Selamat membaca.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)