Judul : Scarlet (The
Lunar Chronicles #2)
Pengarang : Marissa
Meyer
Penerjemah : Dewi
Sunarni
Tahun Terbit : Cetakan
I, Februari 2016
Penerbit : Penerbit
Spring
Jumlah Halaman : 444 hal
Kategori : Remaja,
Romance, Young Adult, Fantasi, Sci-Fic
Harga : Rp. 81.500,-
ISBN : 978-602-71505-6-0
Rating : 5/5
Nenek
Scarlet Benoit menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan
menganggap Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri. Marah dengan
perlakuan kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama
dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya
menyimpan informasi tentang menghilangnya sang nenek. Apakah benar Wolf bisa
dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus
menghilang? Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik
ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran
Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari
Levana?
*************
Ketika
tahu bahwa setiap seri The Lunar Chronicles mempunyai tokoh berbeda dalam
setiap bukunya saya agak kecewa. Bagaimana pun saya sudah kadung mencintai
Cinder. Saya masih ingin bertemu lagi dengan Cinder. Dan, kekecewaan saya pun
pupus ketika membaca buku ke-2 seri The Lunar Chronicles yang berjudul Scarlet
ini.
Buku kedua ini memang
kedatangan tokoh baru yang bernama Scarlet. Tokoh Scarlet sendiri mengambil
dari dongeng si Kerudung Merah yang sudah sangat popular. Si Kerudung Merah
yang pergi mencari neneknya di hutan dan bertemu Serigala dalam perjalanannya.
Dan, memang seperti itulah kisah Scarlet dalam seri The Lunar Chronicles ini.
Nenek Scarlet sudah hilang
selama berminggu-minggu. Scarlet sendiri menduga bahwa neneknya diculik, namun
polisi tidak ada yang percaya. Orang-orang terdekat Scarlet pun tidak ada yang
percaya, mereka malah lebih memilih percaya bahwa nenek Scarlet itu gila dan sudah
sewajarnya menghilang. Scarlet sungguh merasa ironis ketika yang mempercayai
bahwa neneknya diculik adalah orang asing yang baru sehari Scarlet kenal.
Karena Scarlet tidak memiliki petunjuk apa pun, dia menyetujui saran Wolf untuk
menemani dirinya. Dimulailah petualangan Scarlet.
Selain bercerita tentang
nenek Scarlet yang hilang, saya sangat menyetujui keputusan penulis yang tidak
mengesampingkan sang tokoh utama, Cinder. Penulis tidak kehilangan jati diri
walau ada penambahan tokoh, Cinder tetap menjadi tokoh utama seri The Lunar
Chronicles. Saya sangat suka sekali pembagian porsi antara cerita pencarian
Scarlet dan pelarian Cinder. Masing-masing ditulis dengan baik tanpa ada
kekurangan apa pun. Dan ketika pada saatnya mereka berdua bertemu, boom, cerita menjadi semakin seru.
Rombongan pelarian yang bertambah pun semakin ramai.
Saya tahu bahwa akan susah
sekali mengalahkan Ratu Levana ketika Cinder sendirian. Diperlukan beberapa
rombongan yang mendukung Cinder demi menggulingkan sang Ratu. Yah, bisa apa
Cinder walau dirinya ternyata adalah Sang Putri Bulan yang hilang. Cinder masih
terlalu lemah. Dan masih terlalu kebingungan dengan identitas barunya.
Bagi saya sendiri buku
ke-2 ini semua tokoh masih dalam tahap penerimaan indentitas baru. Cinder
dengan identitas barunya sebagai Putri Selene yang hilang dan Kai sebagai
Kaisar baru menggantikan ayahnya.
Ah, ngomong-ngomong
tentang Kai. Saya masih lebih menyukai Kai daripada Wolf. Walau banyak yang
menyukai Wolf karena kedekatannya dengan Scarlet. Saya lebih memilih kisah
canggung dan manis antara Cinder dan Kai. Walau tentunya minim sekali hal-hal
romantis antara Cinder dan Kai ini. Saya menginginkan lebih. Semoga saja buku
ke-3 dan ke-4 nanti tidak mengecewakan.
Terjemahan Spring masih
bagus seperti buku terdahulunya. Malah yang ke-2 ini lebih enakan menurutku.
Saya paham dengan keputusan penerbit yang memakai penerjemah berbeda dengan
adanya deadline. Sayangnya hal itu
juga menjadi kelemahan karena feel tiap
buku berbeda karena memakai banyak penerjemah. Saya sih setujunya seandainya
Spring memilih satu penerjemah saja untuk satu series buku. Feel yang didapat akan lebih terasa dan
tidak ada peraasaan down karena tiap
penerjemah mempunyai cara tersendiri dalam setiap penerjemahan mereka.
Pastinya menamatkan buke
ke-2 ini membuat saya super penasaran dengan buku selanjutnya. Saya sendiri saat menulis review ini sudah mengoleksi hingga buku ke-3, tinggal menggenapi buku ke-4 yang belum saya
miliki. Semoga dalam waktu dekat buku ke-4 bisa saya miliki. Aamiin.
Akhir kata, novel ini
sangat bagus dan wajib dibaca. Nggak akan nyesel seandainya sudah memasuki
dunia The Lunar Chronicles. Selamat membaca.
The Lunar
Chronicles series :
- Glitches (The Lunar Chronicles, #0.5)
- The Little Android (The Lunar Chronicles, #0.6)
- Cinder (The Lunar Chronicles, #1)
- The Queen's Army (The Lunar Chronicles, #1.5)
- Scarlet (The Lunar Chronicles, #2)
- Cress (The Lunar Chronicles, #3)
- Carswell's Guide to Being Lucky (The Lunar Chronicles, #3.1)
- Fairest (The Lunar Chronicles, #3.5)
- Winter (The Lunar Chronicles, #4)
- Stars Above (The Lunar Chronicles, #4.5)
wah lagi ngepost reviewnya langsung panjang :D
BalasHapuswah yuki lebih suka kai :D
*spoiler*
tenang aja versi romantis kai dan cinder ada kok di cress
*spoiler*