Judul : Gerimis Bumi
Pengarang : Cat Link Tristan
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tebal : 282 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan I, 2014
Kategori : Fiksi, remaja, romance
Harga : Rp.48.800,-
ISBN : 978-602-02-5263-6
"Gerimis memang singgah di Bumiku. Hanya saja, dia turun untuk menyejukkan pepohonan, bukan aku"
Demi
menghindari masalah yang diakibatkan kesalahan fatal yang diperbuatnya Bumi
memilih untuk pergi ke tempat guru SMK-nya berada, Parepare. Pak Abdullah
Madeng adalah guru sekaligus penyelamat Bumi. Bumi yang sedang mencari tempat
pelarian merasa sangat tepat ketika memilih kampung halaman Guru SMK-nya itu
untuk meredakan segala masalah yang ada.
Untungnya
Pak Abdullah mau menerima dirinya dan tanpa menanyakan perihal kedatangan
dirinya yang tiba-tiba itu. Di tanah Parepare Bumi sambil membantu usaha
bengkel Pak Abdullah, Bumi juga melamar bekerja sebagai guru SMK. Selama berada
di Parepare Bumi mulai bisa melupakan semua permasalahan yang dia tinggalkan di
Semarang. Bumi pun bertemu dengan seorang gadis aneh yang dinamainya Gerimis.
Gadis aneh yang terkadang menjadi galak di depannya, namun tiba-tiba
mengeluarkan air mata dengan begitu mudahnya. Tanpa sadar Gerimis membuat
perubahan pada diri Bumi yang tandus.
*****************
Satu-satunya hal yang
membuat saya bertahan dengan novel ini adalah kaver biru. Jadi, sesuai
tantangan membaca yang sedang saya ikuti dan mengharuskan saya membaca semua
buku berkaver biru saya memilih buku ini. Nama penulis sendiri pernah saya
dengar beberapa kali. Harapan saya sih setidaknya saya bisa menikmati novel
ini.
Bumi adalah pria dewasa,
berumur 30 tahun. Melarikan diri dari keluarganya. Dan berharap masalah yang
diperbuatnya segera selesai ketika adiknya dan gadis yang tidak sengaja
ditidurinya menikah. Hanya itu keinginan Bumi ketika memutuskan pergi ke
Parepare. Yang didapat Bumi malah sebaliknya. Masalah yang mengharuskannya
mengingat segala kenangan masa lalu yang ingin dilupakannya. Bumi bertemu
Sinta. Terlibat dengan segala masalah remaja yang seharusnya Bumi tidak ikut
campur. Tapi keikutcampuran Bumi terhadap masalah remaja itu mengharuskannya
untuk tidak pernah bisa jauh dari Gerimisnya.
Hal yang sangat fatal dari
novel ini adalah saya tidak bisa menyukai cara penulis bercerita.
Kalimat-kalimat yang ditulis penulis terlalu kaku dan kurang enak dinikmati.
Ada beberapa kalimat yang selalu gatal untuk saya koreksi sehingga makin
membuat saya dongkol ketika membacanya. Ditambah lagi penulis menyelipkan
percakapan dengan menggunakan logat bahasa bugis di setiap percakapan. Maaf, bukannya saya menghina logat bugis
tapi terbiasa membaca buku terjemahan itu menjadi sulit untuk menyukai
kalimat-kalimat tidak baku yang suka dipakai penulis lokal.
Saat tahu novel ini tokoh
utamanya masih remaja, saya sempat kaget. Saya sangka tokoh utamanya akan lebih
dewasa. Mengingat Bumi sendiri memang digambarkan sudah tidak berusia muda
lagi. Tidak ada masalah sebenarnya. Hanya saja saat ini sebenarnya genre teenlit bukan favorit saya saat ini. Dan
khas remaja buku ini mengisahkan tentang pencarian jati diri, rasa cinta dengan
teman SMA, rasa cemburu, dan fase rebel
seorang anak terhadap keputusan yang dipilih orangtuanya. Semuanya komplit ada
di dalam buku ini.
Karena Bumi sebagai guru
SMK mereka kerasa sekali bahwa Bumi ini seperti orang dewasa yang mengurusi
segala kegalauan anak-anak sekolahan. Makanya saya pun kurang bisa menikmati
cerita bahwa nantinya akan ada sesuatu antara Bumi dan Sinta ini.
Dan, akhir kata saya sih
sangat bersyukur bisa menamatkan buku ini. Lega karena saya berhasil dalam
mengikuti tantangan baca saya ini. Walau buku ini bukan seleraku bukan berarti
menjadikan buku ini buku jelek. Hanya tidak sesuai selera saja. Seandainya ada
yang sudah menjadi penggemar penulis dan siapa pun yang penasaran dengan cerita
buku ini, coba rasakan sendiri buku ini dengan membacanya sendiri. :)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)