Judul : Bulan [Bumi #2]
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : GPU
Tebal : 424 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan kesatu, Maret 2015
Kategori : Teenlit, Adventure, Fantasi
ISBN
: 978-602-03-1411-2
Harga : Rp. 88.000,-
Status Buku : Pinjam @iJak
Raib, Seli, dan Ali menjalani
kehidupan sehari-hari mereka kembali setelah 6 bulan berlalu sejak pertempuran
yang terjadi di Perpustakaan Sentral yang ada di dunia Bulan. Walaupun banyak
sekali pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran mereka, semua itu harus mereka
tahan. Miss Selena guru matematika sekaligus prajurit dari klan bulan memberi
instruksi kepada mereka untuk menunggu. Miss Selena berjanji akan menjawab
segala pertanyaan mereka bertiga ketika segala kekacauan di klan bulan
diselesaikan. Banyak sekali yang harus Miss Selena urus. Mereka bertiga hanya
bisa bersabar menanti.
Lumayan, walau absurb! lol |
Setelah akhirnya Miss Selena
muncul ketika Ali mulai berulah, lagi, yang mengakibatkan mereka bertiga
berakhir di ruang BP. Mereka beritiga merasa lega karena sebentar lagi semua
pertanyaan yang berkecamuk akan segera terjawab. Namun, sayang Miss Selena
sendiri juga belum mengetahui banyak hal. Berita baiknya kemunculan Miss Selena
adalah untuk mengajak mereka bertiga berdiplomasi dengan klan Matahari. Leluhur
Seli. Tamus, si hitam, musuh mereka sewaktu terjadi peperangan di dunia Bulan
memang sudah terkurung bersama Tanpa Mahkota di petak penjara Bayangan di Bawah
Bayangan. Tapi hal itu masih tetap mengkhawatirkan seandainya Tamus bisa lolos
dari penjara tersebut. Untuk itu klan Bulan berencana untuk menjalin kerja sama
dengan Klan Matahari.
Perjalanan mereka bertiga ke Klan
Matahari tanpa diduga menjadi suatu petualangan berbahaya. Mereka tidak pernah
menyangka akan diikutsertakan dalam kompetensi Festival Bunga Matahari Klan
Matahari. Festival yang diadakan tiap tahun oleh Klan Matahari untuk menemukan
Bunga Matahari pertama yang mekar di dunia Matahari.
*************
Rasanya sungguh bahagia bisa
membaca buku ini. Walau sayang sekali di iJak hanya ada buku kedua dari series
Bumi ini. Saya pertama kali tahu novel series ini adalah dari fanpage penulis. Beberapa bab diposting
secara gratis oleh penulis. Dan saya yang awalnya agak skeptis merujuk judul
buku yang cuma satu kata yaitu Bumi hanya iseng mengisi waktu luang membaca
tulisan baru Tere Liye. Dan tanpa disangka saya langsung jatuh cinta dengan
tulisan penulis. Saya tahu ada beberapa cerita yang ditulis penulis agak
menyerempet ke genre fantasi, tapi baru kali ini saya membaca tulisan penulis
yang berbau fantasi. Penulis yang satu ini selalu membuat saya takjub. Hampir
semua genre sudah pernah ditulis dan selalu menghasilkan karya yang bagus.
Semakin salut ketika menurut pengakuan penulis bahwa beliau menulis ketika
hanya ada waktu luang dan viola dalam beberapa bulan saja penulis bisa
menghasilkan satu buku series ini. Hmm, hebat
kali penulis produktif yang satu ini.
Dan, penamaan tokoh pada cerita
ini yang membuat saya takjub di awal membaca series bumi ini adalah, Raib. Nama
yang aneh. Hingga beberap bab diketahui bahwa sang tokoh utama mempunyai
kekuatan bisa menghilang. Berasa tertipu sekali saya waktu itu karena
jelas-jelas persamaan dari kata Raib sendiri kan hilang. Saya makin semangat
membaca kisah-kisah Raib yang waktu itu dengan kekonyolan remaja Raib
menghilangkan jerawat yang mucul di wajahnya. Konyol, kan?
Namun, sayangnya penulis memberi
kabar bahwa novel Bumi akan segera naik cetak dan postingan di FB dihentikan
oleh penulis. Saya pun rada kecewa mengingat sudah penasaran. Hingga akhirnya
novel Bumi sudah terbit dan saya sempat melupakannya. Dan karena sampai saat
ini saya belum berkesempatan membaca buku Bumi aka kere akhirnya saya nekat
loncat membaca buku kedua series ini. Dengan berbekal nanya-nanya ke teman yang sudah membaca buku kesatu. Dan tentu saja
saya harus berterima kasih kepada Irnari @Treasure Island yang sudah memberi
spoiler. :3
Baiklah, kita bahas tentang buku
kedua ini.
Di buku kedua ini beberapa
rahasia terkuak bahwa Raib adalah keturunan Dunia Bulan, Seli keturuan Dunia
matahari dan Ali, yah, dia keturunan dari bangsa paling rendah, Bumi. Mereka
bertiga masih mempunyai banyak pertanyaan setelah apa yang terjadi pada mereka
selama ini. Hanya saja walau bagaimana pun rasa penasaran memang masih menggerogoti
mereka bertiga. Apa lagi Miss Seline yang menghilang.
“Ketahuilah, mau seberapa maju teknologi dunia ini, mau bagaimanapun mereka mengubah peraturan kompetensi, maka sejatinya kompetensi ini tetap tentang alam liar. Kamu tidak akan membutuhkan kekuatan besar, atau senjata-senjata terbaik untuk menemukan bunga pertama mekar. Kamu cukup memiliki keberanian, kehormatan, ketulusan, dan yang paling penting, mendengarkan alam liar tersebut.” (Nenek Hana-p.147)
Setelah kedatangan Miss Seline, mereka
tidak diberi pilihan untuk melontarkan kebingungan mereka karena harus
mengikuti festival Bunga Matahari. Kompetensi yang terpaksa mereka ikuti demi kemulusan
perjanjian yang akan dibuat dengan Dunia Matahari. Kompetensi yang akan diikuti
mereka adalah menemukan bunga matahari mekar pertama. Mereka harus melawan 9
grup lain yang mengikuti kompetensi Bunga Matahari. Ada 4 tantangan yang harus
mereka pecahkan dan saya harus mengakui bahwa petulangan mereka ini benar-benar
seru. Seandainya dibuat movie pastinya
keren!
Setelah mereka berdua sampai di
Dunia Matahari di tengah hiruk pikuk kehebohan festival Bunga Matahari yang
terlintas di benak saya adalah pertandingan Quiddick yang pernah didatangi
Harry. Dan beberapa petualangan Ra dkk mengingatkan saya juga ketika Harry
mengikuti kompetensi Piala Api dengan Cedric. Ah, mungkin penulis benar-benar
terinspirasi dari novel Harry Potter, tapi entahlah.
Lagi-lagi penulis selalu memberi
akhir yang membuat saya lemes. Ada satu kejadian yang membuat saya sedih dan hampir menangis saking tidak relanya.
Jempolan banget deh penulis ini. Walau memang petualangan mereka berdua hampir
selalu mulus, twist di akhir itu lho
yang benar-benar jleb banget
menghantam saya, Ra, Seli, dan Ali. Aargh .... kenapa pula harus dibuat seperti
itu! Efek dramatisirnya memang dapet banget sih, tapi .... T_T
“Sungguh ada banyak sekali hal di dunia ini yang bisa jadi kita susah payah menggapinya, memaksa ingin memilikinya, ternyata kuncinya dekat sekali : cukup dilepaskan, maka dia datang sendiri. Ada banyak masalah di dunia ini yang bisa jadi kita mati-matian menyelesaikannya, susah sekali jalan keluarnya, ternyata cukup diselesaikan dengan ketulusan, dan jalan keluar atas masalah itu hadir seketika.” (Raib-p.209)
Saya selalu menyukai tulisan
penulis, cara penulis bercerita itu memang khas sekali. Selalu ada
kalimat-kalimat khas penulis sekali di tiap bukunya. Seakan penulis tidak
pernah kehilangan identitas dirinya. Contoh yang jelas adalah buku ini. Buku ini
mengambil tema fantasi, dikhususkan untuk remaja tapi anehnya penulis tidak
memakai gaya bahasa khas remaja. Penulis masih tetap menulis dengan gaya
tulisannya yang tidak baku tapi tidak terlalu gaul. Anehnya tidak ada keanehan
ketika saya membaca novel remaja tapi menggunakan bahasa resmi. Novelnya tetap
asik saja dibaca. Selalu khas Tere Liye. Dan tidak terasa sebagai novel
terjemahan walau genrenya fantasi. Tetap terasa bahwa setingnya adalah remaja
Indonesia walau dengan segala hal-hal ajaib di dalamnya.
Satu hal yang membuat saya super
kecewa adalah cover buku ini. Ampun, saya benar-benar gagal paham mengapa
dibuat seperti itu. Boro-boro terlihat seperti novel fantasi, khas remaja pun
tidak. Saya mikirnya seperti cover-cover novel romance! xD
Setelah membaca buku ini tentunya
saya makin penasaran dengan buku selanjutnya. Yang katanya akan terbit pada
tahun 2016 ini. Semoga saja saya bisa membaca buku kelanjutan bumi ini. :)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)