Judul
: Northern Lights
Pengarang
: Nora Roberts
Penerjemah
: Julanda Tantani
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal
: 632 Halaman
Tahun
Terbit : Cetakan I, Desember 2006
Kategori
: Suspense-Thriller, Fiksi, Romance, Dewasa
Harga
: Rp. 55.000,-
ISBN
: 979-22-2558-7
Setelah memulai membaca novel karangan Nora Roberts atau J. D. Robb saya
mencoba menyimpulkan bahwa penulis senang sekali bermain dengan cerita yang
beralur lambat. Ini murni pendapat saya terlebih baru 4 karya Penulis yang baru
saya baca. Saya tidak ada masalah dengan alur cerita yang bagaimanapun yang
saya pikirkan hanyalah suka tidaknya saya dengan suatu cerita yang saya baca. Novel
ini jelas sekali banyak narasi, yang kebetulan saya tidak suka, menyebabkan
lambatnya saya menamatkan buku ini. Dan alasan utama adalah baru kali ini saya
cepat sekali mengantuk saat membaca buku. Buku ini menjadi buku yang paling
membuat saya ngantuk. Padahal ide ceritanya cukup menarik tentang manusia es
yang terkurung dalam gunung es selama 16 tahun. Dalam kedaan meninggal tentu
saja.
Ignatious, Nate, Burke memilih untuk
melarikan diri ke Alaska. Nate lebih memilih tempat di ujung dunia untuk
mengalihkan rasa depresinya karena kehilangan partner kerjanya, Jack, tertembak
ketika menjalankan tugas bersama Nate. Rasa bersalah Nate terhadap kematian
Kack membuatnya depresi dan memutuskan untuk menerima jabatan sebagai Kepala
Polisi Kota Lunacy, Alaska. Nate hanya ingin tenggelam dalam kegelapan dan sama
sekali tidak berharap menemukan suatu cahaya di daerah gelap seperti Lunacy. Kehidupan
Nate mulai berubah seiring berjalannya waktu. Seringnya bergaul dengan
orang-orang yang hidup pada cuaca di bawah nol derajat membuat Nate merasa
perubahan dibanding dengan hiruk pikuk kota besar. Nate mulai menemukan
cahayanya di Alaska dan bertemu dengan pilot pedalaman yang bernam Meg Galloway.
Hari-hari Nate yang biasa-biasa saja di Alaska mulai dihebokan penemuan manusia
es yang terjebak di gunung es selama 16 tahun. Demi membantu kekasih tercinta
dan dorongan naluri polisinya, Nate harus memecahkan kasus manusia es itu.
Aurora yang ditonton Nate dan Meg |
Yah, seperti di awal kubilang alurnya sungguh lambat dan lambat. Ditambah lagi Nate sang tokoh utama dirundung awan mendung karena masalah kematian partnernya. Hari-hari Nate dijalani dengan sungguh-sungguh walau semangat hidupnya sudah tidak ada. Nate memang polisi yang cakap. Terbukti dari tindakan yang dia lakukan untuk warga Lunacy. Melindungi tepatnya. Kota Lunacy lebih tertib ketika Nate menjadi Kepala Polisi, tidak ada lagi pertengkaran kecil atau amukan para pemabuk, kenakalan remaja bakhan sampai mengusir moose pun Nare lakukan.
Saya menunggu kasus yang akan dihadapi
Nate agar cerita tidak membosankan. Hanya saja ketika kasus itu muncul tetap
saja tidak membuat novel ini kehilangan rasa kebosanannya. Hanya saja saya suka
sekali dengan twist yang diberikan
Penulis dengan munculnya kasus baru karena kekhawatiran pelaku. Tapi ketika
pelaku terkuak kok ya kurang greget, gitu saja. Memang sih saya pribadi tidak
bisa menebak siapa pelakunya. Habis pelaku digambarkan walau dengan tempramen
yang mudah marah tetapi biasa saja pada Nate dan Charlene makanya saya
terkecoh.
Covernya saya suka, auroranya cantik
sekali hanya saja kurang gambar gunung esnya. Dan yang aneh lagi adalah jurnal
yang ditemukan di jaket manusia es. Menurut saya lebih enak kalau jenis tulisannya
dibedakan dengan cerita inti. Jujur saya merasa terganggu. Dan ukuran huruf
yang kecil menjadikan mata saya cepet lelah dan semakin cepat mengantuk.
Untuk buku ini bukan menjadi favorit
saya karena menurut saya biasa saja. Untuk sekedar penasaran boleh lah hanya
saja ketebalan buku ini menjadi pilihan terakhir bacaan saya kalau tidak
dipaksa untuk ikutan RC x)
Untuk Pat, sang manusia es saya beri
nilai 2 :)
Novel ini sudah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama. Tapi saya pribadi belum menonton movie-nya. Jadi belum bisa kasih komentar x)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)