Judul : Sweet
Winter
Pengarang : Kezia Evi Wiadji
Tahun Terbit : Cetakan I, 2014
Penerbit : PT Grasindo
Jumlah Halaman : hal
Kategori : Romance,
Harga : Rp. 45.000,-
ISBN : 978-602-25-1651-4
Karin
dan Matthew adalah sudah berteman semenjak kecil. Mereka selalu bersama. Hingga
akhirnya seorang gadis bernama Silvia hadir di kehidupan mereka berdua. Masa
SMP pada saat itu masa terberat bagi Karin. Dari kemunculan Silvia lah Karin
tahu bahwa bagi dirinya Matthew lebih dari sahabat. Sayangnya, tidak bagi
Matthew. Matthew terlalu dibutakan oleh kecantikan Silvia. Perlahan
persahabatan antara Karin dan Matthew meregang dan puncaknya ketika Matthew dan
Silvia harus pindah akibat hubungan mereka berdua.
Karin
merasa sedih karena harus berpisah dengan Matthew. Yang harus Karin lakukan
hanyalah melanjutkan hidup dan mendoakan Matthew bahagia bersama Silvia.
Hingga, 10 tahun kemudian Karin dipermainkan takdir bertemu kembali dengan
Matthew. Di tanah Korea. Negara kenangan masa kecil mereka berdua. Sanggupkah
Karin mengabaikan perasaan cintanya kepada Matthew?
************
Sejujurnya,
novel ini adalah cerita teraneh yang say abaca di awal tahun 2016. Saya beneran
tidak menyangka bahwa novel ini akan berakhir dengan cara maksa dan tanpa malu-malu tokoh Matthew berubah 360o
semakin menyedihkan.
Ok,
saya sangat membenci Matthew. Dan sampai akhir pun tidak menemukan hal yang
patut saya sukai dari dirinya. Malahan semakin sebal karena penulis begitu
lunak pada tokoh Matthew dan terlalu memuluskan takdir dirinya. Ugh, pengin
saya tending ke laut saja orang seperti Matthew ini!
Ok,
awal saya membenci Matthew adalah karena hubungan yang kelewat batas dengan
Silvia. Sama seperti Karin saya ikut hancur ketika membaca bagian bahwa Silvia
hamil. Kelas 3 SMP. Ngeri. Bilang saya kolot atau apa pun. Tapi demi apa pun
saya jijik sama mereka berdua. Karena tentu saja saya sangat mendukung hubungan
Karin dan Matthew.
Bagian
awal mereka berdua ini diceritakan begitu manis dan saya malah merasa seperti
membaca novel teenlit. Sampai saya
disadarkan bahwa setelah dewasa mereka akan bertemu kembali. Dan, dengan super
percaya diri Matthew mendekati Karin. Dengan dalih bahwa dia lebih bahagia lah
seandainya lebih memilih Karin dan ingin kesempatan kedua. Cih, yang ada di pikiran saya cuma satu, gombal!
Karena jelas saya sangat tidak menyukai Matthew,
usaha apa pun yang dilakukan Matthew untuk mendapat hati Karin tidak berasa
apa-apa bagi saya. Padahal saya berusaha sekali untuk tidak membenci tokoh
Matthew. Sayangnya sampai akhir usaha itu harus berakhir dengan kegagalan.
Jelas,
saya tidak bisa merekomendasikan novel ini karena saya tidak menyukai novel
ini. Tapi, hey, jangan terlalu terpengaruh dengan review saya. Bukan berarti
buku ini jelek, hanya bukan selera saya saja. Siapa tahu seandainya kamu baca,
dan merasa cocok, tidak ada ruginya, kan? Selamat membaca. :)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)