Judul : Cinder (The
Lunar Chronicles #1)
Pengarang : Marissa
Meyer
Penerjemah : Yudith
Listiandri
Tahun Terbit : Cetakan
I, Januari 2016
Penerbit : Penerbit
Spring
Jumlah Halaman : 384 hal
Kategori : Remaja,
Romance, Young Adult, Fantasi, Sci-Fic
Harga : Rp. 79.000,-
ISBN : 978-602-71505-4-6
"Mereka mengambil gaun-gaunnya yang indah, menyuruhnya memakai baju kerja abu-abu tua, dan memberinya sepatu kayu."
Linh Cinder adalah remaja
berusia 16 tahun yang mendapat julukan mekanik ternama di New Beijing. Julukannya
ini tidak membuatnya lebih baik karena saat ini Cinder masih hidup dalam
kungkungan ibu tirinya, Adri. Cinder selalu menginginkan kebebasan. Cinder
merasa lebih baik dia menghilang saja daripada hidup bersama walinya itu.
Cinder sendiri tidak pernah tahu alasan Garan mengangkat dirinya menjadi anak
angkat keluarga Linh. Karena ayah tirinya itu meninggal ketika dalam perjalanan
dari Eropa.
Adri sendiri tidak pernah
membicarakan mengenai suaminya lagi setelah satu-satunya barang yang
diwariskan suaminya hanyalah seorang cyborg.
Cinder adalah cyborg. Satu lagi
deretan hal yang semakin menyulitkan Cinder terbebas dari walinya. Sebagai cyborg, Cinder tidak akan pernah bebas
kecuali Adri rela melepaskannya. Dan hal itu sangat mustahil. Karena Cinder tahu bahwa
dari dirinyalah Adri dan kedua saudara tirinya bisa menikmati hidup. Ibu tirinya tidak akan rela melepas Cinder
yang dianggapnya sebagai budak yang harus bekerja keras untuk membayar seluruh tagihan mereka.
Hingga suatu hari Pangeran
Kai mendatangi stan Cinder dan meminta bantuan Cinder untuk memperbaiki android
sang Pangeran. Tentu saja Cinder
terkejut dengan kedatangan Sang Pangeran yang tidak biasa ini. Apalagi di tempat
seramai pasar mingguan New Beijing. Setelah kepergian Sang Pangeran, terjadi
kehebohan di dekat stan Cinder. Salah satu pemilik stan roti terkena wabah
Letumosis. Penyakit yang sudah menggeroti masyarakat bumi beberapa tahun
terakhir. Dan sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut.
Namun, tanpa diduga Peony,
adik tiri Cinder, juga terserang wabah Letumosis. Adri menyalahkan Cinder yang
membuat Peony tertular Letumosis. Dan tanpa segan-segan mengirim Cinder untuk
dijadikan kelinci percobaan demi menemukan vaksin Letumosis. Para peneliti
sudah melakukan segala percobaan untuk menemukan vaksin tersebut.
Wabah Letumosis tidak
pandang bulu dalam memilih korbannya. Sang Kaisar New Beijing pun saat ini
sedang menjalani karantina akibat wabah tersebut. Hal ini membuat Pangeran Kai
semakin tidak sabaran untuk segera menemukan petunjuk sekecil apa pun mengenai
wabah Letumosis. Sayangnya bukan hanya wabah Letumosis yang harus
diprioritaskan Pangeran Kai. Ratu Bulan, Levana, tidak pernah lelah untuk
mencoba melakukan aliansi dengan Kaisar New Beijing. Ratu Bulan yang terkenal
dengan kekejaman dan kemampuan mengendalikan pikiran yang dimilikinya. Tentu
saja Ratu Bulan pun menjadi salah satu ancaman bagi warga Bumi.
*************
Awalnya saya tidak pernah
tahu bahwa novel Cinder adalah adaptasi dari dongeng-dongeng Grimm bersaudara
yang sudah sangat terkenal. Yang ada di pikiran saya saat itu hanyalah: Oh judul bukunya Cinder, nama yang aneh.
Dan setelah diberi kesempatan untuk membaca buku ini sendiri saya dibuat takjub dengan segala ide
penulis yang mampu menceritakan ulang dongeng Cinderella dengan versi yang
sangat berbeda. Versi yang lebih modern.
Saya salut dengan penulis.
Sangat. Begitu brilian dengan mengangkat dongeng Cinderella yang seorang cyborg! Wow, cerita klasik dipadu dengan
unsur modern, efek yang sangat mengejutkan. Siapa yang tidak penasaran ketika
tokoh Cinderella berubah menjadi setengah robot setengah manusia? Yap, tokoh
Cinder di sini diceritakan pernah mengalami kecelakan ketika masih kecil.
Membuat dirinya mempunyai kaki dan tangan buatan. Keadaan Cinder ini
tidak serta merta membuatnya terlihat lebih kuat atau apa pun, sayangnya di
dunia Cinder seorang cyborg dianggap
rendah. Para cyborg malah dijadikan
kelinci percobaan oleh para ilmuwan.
Setting yang digunakan
oleh penulis adalah dunia setelah perang dunia ke-4 dengan latar belakang kota New Beijing. Ugh, rada salut dan ngeri
sebenarnya ide perang dunia ke-4 ini, membuat saya membayangkan seandainya memang benar telah terjadi perang setelah perang dunia ke-2. Dan, saya sempat penasaran dengan
pemilihan Kota New Beijing yang diambil penulis. Mendengar kata Beijing tentu
saja mengingatkan saya kepada Negara Cina. Saya sih menebak karena dongeng
Ciderella pertama kali ditemukan Cina, mungkin, penulis mengikuti referensi
tersebut (sumber).
Penulis begitu jenius
dalam meramu setiap detail hal-hal yang dialami Cinder dan mengarahkannya tetap
pada cerita aslinya sendiri. Walau tidak sama persis, memang. Bagian favorit
saya terutama ketika pesta dansa berlangsung. Saya selalu menunggu-nunggu akan
seperti apa pesta dansa nantinya. Dan akan seperti apa sepatu Cinder yang
terjatuh di tangga dan ditemukan oleh Kai. Melebihi rasa deg-degan saya kapan
akhirnya Kai tahu bahwa Cinder adalah cyborg.
Dan begitu sampai pada adegan legendaris itu, lagi-lagi saya dibuat
takjub karena begitu mulusnya pemilihan penulis dalam tiap detail cerita.
Bagaimana akhirnya sepatu Cinder ditemukan Kai. Wow. Saya hanya bisa bilang
wow.
Saya semakin memahami
mengapa novel Cinder ini begitu digemari, karena selain mengingatkan dengan
dongeng masa kecil kita yang begitu familier, novel ini tidak kehilangan
identitasnya. Dari awal sampai akhir kita tidak akan pernah dibuat lupa bahwa
novel ini memang adaptasi dongeng Cinderella. Dari Cinder yang selalu dizalimi
ibu tirinya sampai pesta dansa dengan sang pangeran. Semuanya tetap urut
seperti dongeng Cinderella.
Kemunculan Ratu Bulan
sendiri membuat saya bertanya-tanya apakah penulis mencampur dongeng Putri
Salju dengan Cinderella. Karena penggambaran Ratu Bulan yang begitu membenci
cermin mau tidak mau mengingatkan saya pada quotes
terkenal pada cerita putri salju.
Dan hal yang paling
menyebalkan dari membaca buku berseri adalah saya penasaran dengan buku ke-2
Cinder! Dan saking nggak sabar menunggu terjemahannya terbit sempat terbesit di pikiran
saya untuk membaca versi aslinya saja, walau saya takut nanti banyak kosakata
asing yang saya temukan. Lol
Mengenai terjemahan buku
Cinder sendiri sebenarnya tidak ada masalah. Penerjemah berhasil menyampaikan
cerita dengan terjemahan yang enak, mudah dipahami dan membuat ceritanya tidak
aneh. Walau awalnya saya merasa canggung dengan pemilihan penerjemah yang
berbeda dari seri To All The Boys I’ve
Loved Before. Saya sudah kepalang tanggung menyukai terjemahan Spring
sebelumnya. Makanya, agak sedikit kecewa sebenarnya.
Dan, seandainya ada yang bertanya apa novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Jawabannya hanya satu, iya. Tidak akan ada penyesalan ketika sudah berkenalan dengan Cinder. Pembaca akan dibuat penasaran bagain-bagian dongeng Cinderella apa saja yang akan muncul. Dan tentunya membaca novel ini akan menjadikan seperti nostalgia sambil mengingat dongeng Cinderella masa kecil, tapi Cinder ini dalam versi yang lebih modern.
Dan, seandainya ada yang bertanya apa novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Jawabannya hanya satu, iya. Tidak akan ada penyesalan ketika sudah berkenalan dengan Cinder. Pembaca akan dibuat penasaran bagain-bagian dongeng Cinderella apa saja yang akan muncul. Dan tentunya membaca novel ini akan menjadikan seperti nostalgia sambil mengingat dongeng Cinderella masa kecil, tapi Cinder ini dalam versi yang lebih modern.
The Lunar Chronicles series :
- Glitches (The Lunar Chronicles, #0.5)
- The Little Android (The Lunar Chronicles, #0.6)
- Cinder (The Lunar Chronicles, #1)
- The Queen's Army (The Lunar Chronicles, #1.5)
- Scarlet (The Lunar Chronicles, #2)
- Cress (The Lunar Chronicles, #3)
- Carswell's Guide to Being Lucky (The Lunar Chronicles, #3.1)
- Fairest (The Lunar Chronicles, #3.5)
- Winter (The Lunar Chronicles, #4)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)