Judul : Heat a Storm
Penulis : Annie Green
Tahun Terbit : 2019
Bisa dibaca secara gratis di Storial.co
“Selamat datang di SMA. Kau butuh lebih banyak panduan untuk menghindari masalah di gudang masalah.” (Brendan – Bab 1)
Brendan Storm memulai kehidupan barunya di
SMA. Selama ini Bren kesulitan ketika bersekolah. Pasalnya Bren terlalu pemalu
untuk memulai percakapan dengan orang lain. Mungkin kepopularan kedua
orangtuanya agak mengintimidasi dan mempengaruhi sifat Bren. Terbiasa menjadi
sorotan lantas membuat Bren risih.
Kalau bisa Bren lebih senang sekolah di rumah,
tentu saja hal itu tidak dikabulkan oleh kedua orangtuanya. Mereka tidak
menginginkan Bren menjadi pemuda yang lebih pendiam.
Bren sudah merencanakan kehidupannya di SMA nanti.
Menjadi tidak terlihat selama tiga tahun ke depan. Hingga peristiwa heroik
Heather Brew menghancurkan mimpi indah Bren. Selain kakak perempuan dan sepupu-sepupunya
ada satu lagi orang yang tidak tahu malu merecoki hidupnya. Heath sudah jelas
mencari mati. Bren gusar dengan kehadiran Heath. Namun, mengapa kehadiran Heath
memunculkan emosi-emosi baru dalam diri Bren? Bisakah Bren menghabiskan 3 tahun
masa SMA-nya dengan damai?
Yang tidak diduga, Bren menyukai perubahan
dalam hidupnya sejak kemunculan Heather Lily Brew.
“Aku bahkan berharap ia tidak hadir lagi dalam hidupku. Memangnya tidak cukup aku punya Starr, Lean, dan Keith yang selalu berusaha melindungi?” (Brendan – Bab 3)
Begitu membaca bab 1 sumpah, saya berasa
sedang membaça novel terjemahan. Suasana kehidupan Bren yang digambarkan penulis mirip
banget seperti Serial TV Barat yang suka kutonton. Poin plus bagi saya,
mengingat cerita ini mengambil latar di Amerika Serikat. Kebanyakan dari cerita
yang kubaca, khususnya penulis lokal, terkadang penulis tidak bisa memunculkan
suasana yang benar seakan-akan tidak
ada perbedaan latar baik itu di Indonesia maupun di luar negeri.
Penggambaran latarnya seperti yang sudah kubilang, keren banget. Baru kali
ini menemukan penulis lokal yang bisa menggambarkan suasana AS dengan jelas dan
detail. Saya memang belum pernah ke AS, tapi saya lumayan sering menonton
serial tv remaja AS. Dan, sumpah, baca cerita Bren tuh kaya lagi nonton, saya
bisa ngebayangin suasana sekolah Bren, kota kecil tempat tinggal Bren, keriuhan
keluarga besar Bren, pokoknya keren pas banget. Feel-nya itu lho, dapat banget!
“” … Tapi aku, hanya Brendan–yang sedang naik bus sekolah.” Heather kelihatan kehilangan kata-kata. Sepertinya ia terkejut dengan fakta itu, seperti semua orang lainnya ketika mengetahui aku tidak seperti sepupu-sepupuku yang lain. Aku tidak mencolok, aku tidak istimewa, aku tidak terkenal.” (Brendan – Bab 5)
Fokus cerita yang diambil penulis adalah
perubahan diri Bren dari yang pemalu dan pendiam mulai membuka diri pada dunia.
Bren ini seperti kehilangan jati diri. Bren terlahir dalam keluarga besar dan kedua orangtuanya adalah selebritas. Bren merasa dirinya biasa-biasa saja dan
merasa tidak seharusnya lahir dalam keluarga besar Beverly. Walau tentu saja
Bren sangat menyayangi keluarga besarnya itu.
Memasuki babak baru di SMA, Bren mulai
merasakan cinta pertama, cinta monyet yang sama sekali tidak diduga Bren akan
dia rasakan. Karena maklum saja Bren tidak pernah berekspektasi apa pun dalam kehidupan
sekolahnya. Yang ada di pikiran Bren adalah jalani masa SMA dengan tenang,
hindari masalah, dan lulus tanpa menarik perhatian orang-orang. Iya, sesuram
itu hidup yang dicita-citakan Bren. Tidak heran seluruh keluarganya sangat
mengkhawatirkannya dan merasa bahagia ketika Bren mengaku mendapat teman
pertamanya di SMA.
Dari awal sampai tamat cerita memang hanya
berputar pada Bren dan keluarganya dan momen-momen cinta monyet yang dilalui
Bren. Sekilas memang ceritanya sangat membosankan. Tapi jujur saya sangat menikmati
membaca tiap babnya. Bren dan Heath sangat manis. Kebersamaan mereka
berdua mampu membuat saya merasa terharu. Karena jujur saja saya pun sama
seperti keluaga Bren yang ikut-ikutan menyemangati Bren untuk berubah. Berasa melepas
anak sendiri pada kejamnya dunia. lol
Kekuatan tulisan penulis juga yang mempunyai
andil besar. Sudah saya katakan di awal bahwa penulis begitu mahir dalam menggambarkan
latar cerita yang dipilih. Jempolan, deh. Sepanjang baca bab demi bab saya
semakin kagum ada penulis lokal yang mampu menggambarkan detail latar di luar negeri sebagus dan serapi ini. Biasanya
nih andalan penulis lokal menggambarkan suasana luar negeri hanya penambahan
percakapan bahasa asing. Nah, hampir tidak ada satupun percakapan menggunakan bahasa
asing yang saya temukan ketika membaca cerita Bren. Tanpa percakapan bahasa
asing pun saya bisa merasakannya, ini yang membuat saya begitu memuja penulis.
Untuk akhir yang dipilih penulis memang
terkesan buru-buru. Karena saya sendiri merasa cerita Bren masih belum selesai.
Cerita masih jauh dari tamat mengingat Bren masih 15 tahun. Baru 1/3 kehidupan
Bren yang diceritakan penulis. Masih jauh dan saya masih dilanda rasa penasaran
bagaimana kelanjutan kisah Bren dan Heath nantinya. Kalau kepengin cinta mereka
sampai menikah itu sudah jelas, tapi Demi Tuhan, mereka baru 15 tahun. Perjalanan
mereka masih sangat jauh.
Saya baru mengenal karya penulis, sudah cek
akun penulis lainnya juga, dan menyimpulkan belum ada satu pun karya penulis
yang dibukukan. Ini sih kebangetan karena tulisan sekeren ini kok belum ada
yang dibukukan, ya? Karena begitu penasaran akhirnya saya menanyakan langsung
pada penulis. Dan mendapat jawaban bahwa dalam waktu dekat ada tulisannya yang bakal dibukukan! Yeay …
!! Saya berharap banget bisa menemukan buku-buku yang ada nama penulis di toko
buku. Karena tulisan sekeren ini harus dibaca oleh semua orang.
Semoga, semangat selalu dan semoga menang dengan lombanya, Kak Annie!
Semoga, semangat selalu dan semoga menang dengan lombanya, Kak Annie!
Terima kasih atas review-nya :)) Salam kenal.
BalasHapus