Judul : A Long Long Sleep
Pengarang : Anna Sheehan
Penerjemah : Barokah Ruziati
Penyunting : Ida Wajdi
Penerbit : Atria
Halaman : 398 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan I, Juni 2012
Kategori : Romance, Fantasy, Fiction
ISBN : 978-979-024-499-3
Harga : Rp. 53.000,-
Bisa dibeli di bukupediacom
Aku yang sedang terbuai dalam mimpi indah staseku tiba-tiba dibangunkan oleh sentuhan rasa bibir pada bibirku, aku terkejut. Aku menarik napas melalui hidungku dan terduduk tegak, kepalaku membentur kepala seseorang yang kemungkinan adalah penolongku.Adalah Bren—Brendan Sabah, yang menolongku dan memberi tahu bahwa aku sudah berada dalam keadaan statis selama 62 tahun. Aku yang tidak begitu bisa mencerna akibat keletihan stase dan kehilangan kesadaranku.Aku berada di rumah sakit ketika aku sadar. Oleh keluarga Sabah aku diberi penjelasan tentang 62 tahun yang sudah aku lewatkan. Tidak ada lagi Mom dan Dad—mereka bilang meninggal karena kecelakaan helicopter. Tidak ada lagi Asa—pengurusku. Tidak ada lagi Xavier-ku. Tidak ada lagi satu orang pun yang kukenal pada zamanku.Namaku adalah Rose—Rosalinda Samantha Fitzroy. Usiaku enam belas tahun jalan enam puluh dua tahun. Aku merasa salah dengan tidak hidup pada zamanku. Aku yang kesepian diharuskan menjadi pewaris tunggal kerajaan bisnis antarplanet milik keluargaku—UniCorp. Kenyataan pahit lainnya pun mulai berdatangan. Rasanya aku ingin kembali ke keadaan statisku saja.
Menyedihkan............
Dalam beberapa arti novel ini benar-benar menguras emosiku. Dan perlu diketahui sesedih apapun novel yang kubaca tidak pernah akhirnya menititikkan air mataku. Tapi tanpa bisa dicegah aku menangis karena Rose.
Well, dari awal membaca novel ini aku sellau penasaran kenapa Rose selalu dalam keadaan statisnya, apa memang dia punya penyakit dan mengharuskan dia tidur dalam tabung stasenya. Cerita berjalan begitu lambat bagiku, selambat kepribadian Rose. Aku akan berusaha untuk tidak memberi spoiler, walaupun sangat sulit karena hampir bagian terseru dalam buku ini mengakibatkan spoiler. Akan kucoba. Setelah Rose terbangun atau lebih tepatnya dipaksa bangun oleh Bren setelah tidur panjangnya Rose—sesuai dengan judulnya. Rose yang memang bisa dikatakan orang masa lalu belum bisa atau tepatnya mencoba beradaptasi dengan zaman yang baru baginya ditambah lagi tidak ada satupun orang yang dikenalnya. Cerita berjalan dengan begitu lambat walau memang tidak bisa disalahkan karena Rose yang tertinggal selam 62 tahun harus mengetahui apa saja yang berbeda dengan zamannya. Yah Rose memang terkena culture shock, Rose yang dari dulu tidak pandai bergaul akhirnya mendapat kesulitan di sekolah barunya. Tetapi dengan bantuan Bren sang pangeran tampan yang membangunkan tidurnya bak dongeng The Sleeping Beauty, Rose mampu bertahan dan tanpa disadari mulai tumbuh benih-benih cinta Rose kepada Bren. Rose pun berkenalan atau lebih tepatnya diperkenalkan dengan aggota geng Bren yaitu Otto, Nabiki, Molly, Anastasia, Jamal, Wihelm. Hanya Otto yang menjadi teman dekat Rose setelah Xavier dan Bren. Aku suka sekali hubungan Rose dengan Otto. Yah Otto ini tidak bisa berbicara, Otto bisa dibilang hasil ekperimen yang dilakukan oleh UniCorp—hasil modifikasi DNA alien dengan manusia. Siapapun yang mendengar hal ini pasti akan kaget, terutama Rose yang merasa bersalah karena dia sendiri adalah bagian UniCorp. Pertemanan Rose dan Otto sangat menarik buatku, entah kenapa aku paling suka tokoh yang melakukan percakapan melalui tulisan, yang menurutku terasa manis dan lebih romantis hehe. Dalam bentuk sms, email maupun seperti Rose yang menggunakan layarcatatnya. Aku akan menjelaskan sedikit tentang layarcatat yang ada dibuku ini. Menurutku layarcatat ini seperti iPad karena ya selain digunakan dengan cara disentuh fungsinya tidak beda jauh dengan iPad. Kisah Rose ini memulai titik serunya dengan kedatangan seseorang yang mencoba membunuh Rose yang awalnya disangka sebagai salah satu mimpi buruk Rose. Dan kenyataan pahit tentang orang tua Rose, siapa yang mengincar nyawa Rose. Kenyataan tentang kekasihnya Xavier.
Rose ini menurutku terlalu pasif—tidak dapat disalahkan memang karena kesalahan masa lalu juga. Rose yang terkenal karena siapa dirinya tidak menjadikan dirinya sombong ataupu segala macam sifat menyebalkan dari seorang Putri karena pada dasarnya Rose gadis yang baik dan penurut. Aku sekali lagi mengatakan kehidupan Rose sangat membosankan, penjelasan tentang kecanggihan teknologi di zaman baru Rose pun yang membuatku terpesona tapi tetap saja membuatku bosan. Alur pada buku ini yang maju mundur menjelaskan dengan baik kehidupan masa lalu Rose dan sudut pandang Rose pun menambah poin plus dari sederatan kisah masa lalu Rose. Dari awal sudah kukatakan bagian awal buku ini sangat membosankan tapi entah kenapa menjadi candu tersendiri buatku. Aku malah selalu menanti kisah manis antara Rose dan Xavier—di masa lalu tentu saja. Dan kenyataan yang terjadi antara Rose dan Xavier lah yang membuatku menangis—benar-benar menangis. Aku begitu sedih karena kisah cinta Rose harus berakhir dengan sangat menyedihkan. Aku salut sekali kepada penulis yang bisa-bisanya membuat kisah cinta Rose dan Xavier seperti itu. Aku sama sekali tidak pernah menduga. Aku hanya seperti Rose yang ikut kalut dengan mengetahui kenyaatan yang ada. Pokoknya buku ini bener-bener menguras emosiku dan aku sangat menyukainya.
Akhir dari kisah Rose ini hanya ingin membuatku teriak. Yah memang happy ending, tapi kenapa mesti berakhir seperti itu.huhuhu. Pengen banget deh ngamuk sama penulisnya hehe. Tapi oh tapi setelah googling ada kemungkinan novel ini dibuat sekuelnya! Yes!!! Beneran seneng banget deh aku. Pokoknya wajib baca kalau ada sekuelnya :D
Seperti ide awalnya dari cerita The Sleeping Beauty, novel ini direkomendasikan untuk semua yang ingin tahu cerita lain dari Putri Tidur setelah dibangunkan oleh kecupan sang pangeran tampan. Semua usia bisa membaca novel ini walau novel ini dikategorikan sebagai novel young adult. Wajib baca! :D
Untuk kisah cinta abadi Rose dan Xavier aku kasih nilai 5 :)
Tentang Penulis
As Walt Whitman said, "I am large, I contain multitudes!" The epigraph of every writer, really.
I was conceived in northern Alaska, and was born to a bohemian veterinarian mother in a hospital on the shores of Lake Michigan. I endured numerous hellish years of school, and I can say with reasonable veracity that I have forgiven all my teachers and even the poor children who had to figure out how to deal with me.
Instead of a social life, I swam in books. I became a devoted follower of Diana Wynne Jones and Douglas Adams. I studied acting and Shakespeare with the Young Shakespeare Players of Madison, Wisconsin, and it deeply impacted my direction in life. I then discovered historical re-enactment, where I hung about in velvet, idly strumming a harp while men in plastic armor hit each other with sticks. That too was most enlightening.
Instead of a social life, I swam in books. I became a devoted follower of Diana Wynne Jones and Douglas Adams. I studied acting and Shakespeare with the Young Shakespeare Players of Madison, Wisconsin, and it deeply impacted my direction in life. I then discovered historical re-enactment, where I hung about in velvet, idly strumming a harp while men in plastic armor hit each other with sticks. That too was most enlightening.
Despite collecting a technical degree in commercial goldsmithing, I instead pursued writing as my primary means of unemployment. I moved with my family to a tiny ranch in rural Oregon, where I still live with my daughter, my mother, and assorted Irish Wolfhounds [diambil dari akun GR Penulis]
Another Cover
Beberapa cover buku ini dalam edisi lainnya, tapi tetap saja cover dari penerbit atria yang kusukai. Karena warna biru kesukaanku dan juga tampilan manis dari Rose dalam tabung stasenya :)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)