Judul : Kecupan Sang Viscount
Judul Asli : And Then He Kissed Her
Pengarang : Laura Lee Guhrke
Penerjemah : Elliyanti Jacob Saleh
Tahun Terbit : Cetakan I, 2015
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 424 hal
Kategori : Dewasa, Historical Romance,
Harga : Rp. 60. 000,-
ISBN : 978-602-03-1318-4
Rating : 4/5
“Kau mengataiku tidak tulus, Emma, tetapi kaulah yang berbohong. Kau berbohong kepada diri sendiri. Kau mengesampingkan apa yang kau ingin lakukan untuk apa yang seharusnya kaulakukan. Kau mengabaikan apa yang sebenarnya kaupikirkan. Kau tidak jujur dengan hatimu sendiri, dan itu ketidakjujuran paling buruk .... ” (Harry, p.317)
“Bijaksana”
Kata
yang selalu melekat pada Emmaline Dove. Selama tiga puluh tahun hidupnya, Emma
selalu mengikuti perkataan bibinya untuk selalu bertindak bijaksana. Hingga
ketika pada hari ulang tahunnya yang ke-30, Emma mengetahui kenyataan bahwa
tulisan yang sudah menjadi impiannya untuk diterbitkan tidak akan pernah
dicapainya, Emma merasa marah.
Lima
tahun yang dijalani Emma sebagai sekretaris seakan-akan terbuang percuma karena
impiannya kandas. Semua itu terjadi hanya karena majikannya tidak pernah
meluangkan waktu untuk membaca naskahnya. Emma berniat balas dendam pada Harry.
Bertahun-tahun lamanya Emma bekerja keras menjadi sekretaris di perusahan
penerbitan Harry, selalu bersabar dengan segala keegoisan Harry dan selalu
melayani tanpa protes, Emma hanya mengiginkan impiannya tercapai.
Emma
tahu bukan pada penerbitan milik Harry bukunya bisa diterbitkan. Berniat
mengundurkan diri dan merancang balas dendam, Emma berjanji pada dirinya
sendiri untuk tidak akan pernah bertindak bijaksana seperti dulu lagi. Bersikap
bijaksana dengan memilih menjadi sekretaris Harry, yang selalu mengurus Harry
hingga memilihkan hadiah untuk wanita simpanan Harry dan keluarganya. Emma muak
dengan segala hal yang sudah dijalani hidupnya itu. Terutama dengan kata ‘bijaksana’.
Review
Benar bahwa suatu kesalahan dengan membeli novel ini seperti
yang sudah saya ceritakan di sini. Untungnya saya menyukai kover buku ini yang
cantik. Dan setelah membaca beberapa lembar pertama saya malah bersyukur bisa
membaca buku ini. Bagus pake banget.
Walau saya kurang suka ending buku
ini sih. Tapi, secara keselurahan suka
lah.
Saya selalu menyukai hubungan asmara
antara bos dan sekretaris, pasaran memang. Tapi berhubung semua manga yang saya baca dengan tema sama
merasa terpuaskan, mau tidak mau tema ini menjadi favorit saya.
Saya langsung menyukai Emma,
sekretaris yang sangat berdedikasi pada pekerjaannya. Walau bukan tipikal
sekretaris yang cantik dan seksi, Emma benar-benar pekerja keras. Berbekal pada
impiannya suatu hari bukunya akan terbit, Emma bertahan tetap bertahan pada pekerjaannya
menjadi sekretaris Harry. Segala kemauan Harry dituruti oleh Emma tanpa protes
dan dingin. Emma selalu menjaga jarak dengan Harry. Emma takut akan terjatuh
pada pesona Harry dan berakhir menjadi seperti wanita-wanita simpanan Harry.
Siapalah dirinya akan dilirik oleh Harry, dirinya sama sekali bukan bangsawan
dan tidak cantik. Untuk itulah Emma percaya bahwa dengan bertahan, impiannya
akan segera terwujud. Namun, semua kandas, dan Emma merasa dikhianati oleh
Harry. Sia-sia sudah kerja keras yang sudah Emma lakukan selama bertahun-tahun.
Dari awal walau hubungan asmara
antara Emma dan Harry berjalan lambat tapi jalan cerita mengenai kekesalan Emma
terhadap sikap Harry enak untuk diikuti. Bagaimana perasaan Emma yang
mengetahui bahwa Harry sama sekali tidak mau membaca tulisannya, bahkan nama
pena yang dipilih Emma pun Harry tidak tahu. Sangat membuat Emma dan saya kesal,
tentu saja. Penyesalan Harry setelah Emma mengundurkan diri pun digambarkan
dengan baik oleh penulis. Bagaimana Harry merasa kesal dan masih merasa angkuh
bahwa Emma akan kembali padanya. Hingga tindakan nekat diambil Harry.
Hal ini lah yang membuat mereka
berdua semakin dekat. Terjalinnya hubungan mereka berdua dan saling menyadari
bahwa mereka berdua memilih untuk bersama. Hanya saja, Emma bukanlah seorang
bangsawan dan mereka berdua mempunyai perbedaan status. Mereka berdua memilih
untuk menjalin hubungan diam-diam.
‘”Tidak sesederhana itu, bukan, My Lord?” gugam Miss Dove, dan senyuman kecil melengkung di bibirnya saat ia mengambil satu plum lagi dari keranjang untuk diperiksa.“Kadang-kadang, apa yang orang lain pikirkan tentang kita memang berarti, bahkan meskipun seharusnya tidak. Itu sebabnya wanita muda makan sayap ayam dan kenapa aku memerhatikan pendapat induk semangku. Mengetahui sopan santun itu penting. karena itu orang-orang membaca Mrs. Bartleby.”’ (Emma, p.184)
Saya suka sekali bahwa dari novel
ini saya belajar mengenai pendapat orang
lain. Terkadang saya begitu keras kepala dengan mengatakan, peduli setan dengan apa yang dikatakan orang
lain, yang menjalani hidup ini kan saya sendiri. Sungguh egois pikiran saya
tersebut. Memang hidup kita ini bukan orang lain yang mengatur tapi karena kita
hidup di dunia ini tidak sendirian oleh karena itulah kita harus memerhatikan
sekitar. Kita tidak akan pernah bisa menjalani hidup ini jika sendirian. Terkadang
pendapat orang lain pun patut dijadikan acuan dalam hidup ini. Seperti yang
Emma tahu bahwa hidup ini harus seimbang. Emma sangat menikmati kebahagian yang
dirasakannya saat bersama dengan Harry. Emma menjadikan kebersamaan mereka
menjadi saat yang akan selalu dikenang dalam kehidupannya. Tapi, Emma tahu
bahwa hubungan yang dirahasiakan tidak akan menuju kemana-mana. Emma memilih
untuk melepas Harry. Lagi-lagi Emma memilih untuk tidak bersikap bijaksana.
Saya sebenarnya sangat puas dengan ending yang diberikan penulis. Bagaimana
jadinya hubungan Harry dan Emma. Hanya saja begitulah kurang beberapa halaman
lagi, berasa buku ini menggantung sekali endingnya.
Terjemahan oleh Gramedia pun saya merasa sangat puas. Tidak ada lagi
kalimat-kalimat yang gatal ingin
sekali kuedit. lol
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)