Pink
Project
Retni
SB
Penerbit
GPU
Tahun
terbit 2009
Tebal
264 halaman
@iPusnas
Perasaan
benci Puti pada Sangga sungguh tersampaikan dengan jelas. Siapa Sangga yang
tega betul mengomentari ulasannya tentang kekagumaman dirinya akan sebuah karya
seni. Lukisan Pring.
Puti
bukan kritikus, Puti hanya jatuh cinta pada lukisan yang kebetulan dia lihat. Puti
hanya mencurahkan rasa sukanya lewat tulisan. Apa salah dirinya yang awam ingin
sedikit berbagi perasaan terpesonanya?
Berawal
dari penasaran, Puti pergi ke demi melihat sosok Sangga sebenarnya. Namun siapa
sangka pertemuan itu bukan kali terakhir dari rangkaian pertemuannya dengan
Sangga? Seakan dikuntit Puti sering sekali bertemu dengan Sangga. Kebetulan,
kah? Mustahil. Hal yang paling menyebalkan lagi adalah Sangga sama sekali tidak
merasa bersalah telah menyinggung Puti.
Saya
tahu betul perasaan geram Puti pada Sangga. Saya tidak dapat tidak memosisikan
diri seperti Puti. Seandainya ada yang menghina ulasan saya tentang suatu buku
yang begitu digila-gilai, wah itu sih ajakan perang.
Saya
suka sekali kebetulan-kebetulan pertemuan antara Puti dan Sangga. Terasa natural
dan pas. Rasa benci Puti yang bertahan pun sangat masuk akal. Justru sikap
kalem Sangga dan sok dekat itu bikin saya pun emosi jiwa. Bisa-bisanya setelah
menghina tulisan Puti di media, Sangga ingin lebih dekat dengan Puti. Lelucon
macam apa itu?
Yang
mengejutkan dari cerita Puti adalah judul novel ini mengacu pada proyek Sangga.
Sama sekali tidak menyangka bahwa gagasan Pink Project itu dari Sangga. Proyek
Sangga ini sangat menarik sebenarnya, hanya saja saya agak tidak peduli dengan
proyek ini mengingat saya lebih suka interaksi antara Sangga dan Puti.
Sampai
akhir saya sangat menikmati cerita Puti. Walau saya sangat sebal dengan segala
drama menyebalkan sahabat Puti, saya tidak bisa menolak pesona Sangga.
Ah,
Sangga kamu dibuat sangat sempurna. Bacaan yang sangat direkomendasikan.
Selamat membaca.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)