Minggu, 09 Juni 2019

[Review] Heat a Storm




Judul : Heat a Storm
Penulis : Annie Green
Tahun Terbit : 2019
Bisa dibaca secara gratis di Storial.co



“Selamat datang di SMA. Kau butuh lebih banyak panduan untuk menghindari masalah di gudang masalah.” (Brendan – Bab 1)

Brendan Storm memulai kehidupan barunya di SMA. Selama ini Bren kesulitan ketika bersekolah. Pasalnya Bren terlalu pemalu untuk memulai percakapan dengan orang lain. Mungkin kepopularan kedua orangtuanya agak mengintimidasi dan mempengaruhi sifat Bren. Terbiasa menjadi sorotan lantas membuat Bren risih.
Kalau bisa Bren lebih senang sekolah di rumah, tentu saja hal itu tidak dikabulkan oleh kedua orangtuanya. Mereka tidak menginginkan Bren menjadi pemuda yang lebih pendiam.
Bren sudah merencanakan kehidupannya di SMA nanti. Menjadi tidak terlihat selama tiga tahun ke depan. Hingga peristiwa heroik Heather Brew menghancurkan mimpi indah Bren. Selain kakak perempuan dan sepupu-sepupunya ada satu lagi orang yang tidak tahu malu merecoki hidupnya. Heath sudah jelas mencari mati. Bren gusar dengan kehadiran Heath. Namun, mengapa kehadiran Heath memunculkan emosi-emosi baru dalam diri Bren? Bisakah Bren menghabiskan 3 tahun masa SMA-nya dengan damai?
Yang tidak diduga, Bren menyukai perubahan dalam hidupnya sejak kemunculan Heather Lily Brew.

“Aku bahkan berharap ia tidak hadir lagi dalam hidupku. Memangnya tidak cukup aku punya Starr, Lean, dan Keith yang selalu berusaha melindungi?” (Brendan – Bab 3)

Begitu membaca bab 1 sumpah, saya berasa sedang membaça novel terjemahan. Suasana kehidupan Bren yang digambarkan penulis mirip banget seperti Serial TV Barat yang suka kutonton. Poin plus bagi saya, mengingat cerita ini mengambil latar di Amerika Serikat. Kebanyakan dari cerita yang kubaca, khususnya penulis lokal, terkadang penulis tidak bisa memunculkan suasana yang benar seakan-akan tidak ada perbedaan latar baik itu di Indonesia maupun di luar negeri.
Penggambaran latarnya seperti yang sudah kubilang, keren banget. Baru kali ini menemukan penulis lokal yang bisa menggambarkan suasana AS dengan jelas dan detail. Saya memang belum pernah ke AS, tapi saya lumayan sering menonton serial tv remaja AS. Dan, sumpah, baca cerita Bren tuh kaya lagi nonton, saya bisa ngebayangin suasana sekolah Bren, kota kecil tempat tinggal Bren, keriuhan keluarga besar Bren, pokoknya keren pas banget. Feel-nya itu lho, dapat banget!

Tapi aku, hanya Brendan–yang sedang naik bus sekolah.” Heather kelihatan kehilangan kata-kata. Sepertinya ia terkejut dengan fakta itu, seperti semua orang lainnya ketika mengetahui aku tidak seperti sepupu-sepupuku yang lain. Aku tidak mencolok, aku tidak istimewa, aku tidak terkenal.” (Brendan – Bab 5)

Fokus cerita yang diambil penulis adalah perubahan diri Bren dari yang pemalu dan pendiam mulai membuka diri pada dunia. Bren ini seperti kehilangan jati diri. Bren terlahir dalam keluarga besar dan kedua orangtuanya adalah selebritas. Bren merasa dirinya biasa-biasa saja dan merasa tidak seharusnya lahir dalam keluarga besar Beverly. Walau tentu saja Bren sangat menyayangi keluarga besarnya itu.
Memasuki babak baru di SMA, Bren mulai merasakan cinta pertama, cinta monyet yang sama sekali tidak diduga Bren akan dia rasakan. Karena maklum saja Bren tidak pernah berekspektasi apa pun dalam kehidupan sekolahnya. Yang ada di pikiran Bren adalah jalani masa SMA dengan tenang, hindari masalah, dan lulus tanpa menarik perhatian orang-orang. Iya, sesuram itu hidup yang dicita-citakan Bren. Tidak heran seluruh keluarganya sangat mengkhawatirkannya dan merasa bahagia ketika Bren mengaku mendapat teman pertamanya di SMA.
Dari awal sampai tamat cerita memang hanya berputar pada Bren dan keluarganya dan momen-momen cinta monyet yang dilalui Bren. Sekilas memang ceritanya sangat membosankan. Tapi jujur saya sangat menikmati membaca tiap babnya. Bren dan Heath sangat manis. Kebersamaan mereka berdua mampu membuat saya merasa terharu. Karena jujur saja saya pun sama seperti keluaga Bren yang ikut-ikutan menyemangati Bren untuk berubah. Berasa melepas anak sendiri pada kejamnya dunia. lol
Kekuatan tulisan penulis juga yang mempunyai andil besar. Sudah saya katakan di awal bahwa penulis begitu mahir dalam menggambarkan latar cerita yang dipilih. Jempolan, deh. Sepanjang baca bab demi bab saya semakin kagum ada penulis lokal yang mampu menggambarkan detail  latar di luar negeri sebagus dan serapi ini. Biasanya nih andalan penulis lokal menggambarkan suasana luar negeri hanya penambahan percakapan bahasa asing. Nah, hampir tidak ada satupun percakapan menggunakan bahasa asing yang saya temukan ketika membaca cerita Bren. Tanpa percakapan bahasa asing pun saya bisa merasakannya, ini yang membuat saya begitu memuja penulis.
Untuk akhir yang dipilih penulis memang terkesan buru-buru. Karena saya sendiri merasa cerita Bren masih belum selesai. Cerita masih jauh dari tamat mengingat Bren masih 15 tahun. Baru 1/3 kehidupan Bren yang diceritakan penulis. Masih jauh dan saya masih dilanda rasa penasaran bagaimana kelanjutan kisah Bren dan Heath nantinya. Kalau kepengin cinta mereka sampai menikah itu sudah jelas, tapi Demi Tuhan, mereka baru 15 tahun. Perjalanan mereka masih sangat jauh.
Saya baru mengenal karya penulis, sudah cek akun penulis lainnya juga, dan menyimpulkan belum ada satu pun karya penulis yang dibukukan. Ini sih kebangetan karena tulisan sekeren ini kok belum ada yang dibukukan, ya? Karena begitu penasaran akhirnya saya menanyakan langsung pada penulis. Dan mendapat jawaban bahwa dalam waktu dekat ada tulisannya yang bakal dibukukan! Yeay … !! Saya berharap banget bisa menemukan buku-buku yang ada nama penulis di toko buku. Karena tulisan sekeren ini harus dibaca oleh semua orang.
Semoga, semangat selalu dan semoga menang dengan lombanya, Kak Annie!

1 komentar:

Jangan segan buat ngasih komen ya :)