Sabtu, 27 Februari 2016

[Review] Love You Till I Die


Judul : Love You Till I Die
Pengarang : Teresa Bertha
Tahun Terbit : Cetakan I, Maret 2014
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 376 hal
Kategori : Amore, Romance,
Harga : Rp. 68.000,-
ISBN : 978-602-03-0276-8
Rating : 4/5
Bisa dibeli di bukupediacom

            Setelah perceraian kedua orangtuanya Adrienne Delane dan adiknya, Cleon, tinggal bersama ibunya di Bandung. Walaupun menjadi single parent, ibu Adrienne tidak mengalami kesulitan dalam masalah uang. Karier ibu Adrienne sangat mapan dan memiliki banyak uang. Kegagalan pernikahan yang dialami Yola Delane menjadikannya pribadi yang keras dan selalu menuntut segala hal pada kedua anaknya. Adrienne merasa ibunya terlalu memaksakan kehendaknya sampai-sampai masalah kuliah Adrienne sudah ditentukan tanpa persetujuan darinya. Adrienne merasa berang dan meminta bantuan ayahnya. Permintaan Adrienne disanggupi oleh sang ayah, Brian Johnson. Adrienne bisa memilih jurusan musik yang selalu ditentang ibunya. Tetapi Brian mengajukan syarat pada Adrienne untuk menghilangkan segala jejak masa lalunya dengan berganti nama menjadi Violin Johnson.
            Adrienne yang telah berganti nama menjadi pribadi baru, bersenang-senang di Australia tempat dirinya belajar musik dan memenangkan segala pertunjukan musik biola.  Demi melupakan masa lalunya Violin pun memadu kasih dengan tangan kanan ayahnya, Stanley Axelle. Hingga seseorang dari masa lalu pada akhirnya mendatanginya. Hector, cinta pertama Violin mendatangi rumah ayah Violin di Bali dan menjadi mata-mata polisi demi menggulingkan bisnis kotor yang dijalani oleh Brian Johnson. Baik Hector maupun Violin sama-sama tidak menyangka akan dipertemukan dalam situasi yang sulit.

*****************
               
                Buku ini mempunyai 2 bagian yang menceritakan Adrienne di masa lalu dan Adrienne ketika berganti nama menjadi Violin Johnson. Saat membaca novel ini saya kira lini yang digunakan adalah teenlit. Bagaimana tidak hampir semua kisah Adrienne ketika masih SMA diceritakan dengan detail. Mulai dari cinta pertama Adrienne dan pacar pertama Adrienne. Bukan hal yang buruk, mengingat saya pun sangat menikmati kisah Adrienne. Adrienne yang tidak mau mengikuti ibunya yang ditransfer ke Makasar lebih memilih untuk tinggal di Bandung. Sang ibu walau awalnya tidak mengizinkan akhirnya menyetujui Adrienne untuk mengekos dengan syarat tinggal di rumah keluarga yang disetujui ibu Adrienne. Di sinilah konflik mulai  terjadi. Rumah keluarga baru yang ditempati Adrienne tidak begitu besar dan memiliki 2 orang anak laki-laki. Setiap hari yang terjadi pada Adrienne adalah bertengkar dengan anak sulung keluarga baru Adrienne, Hector. Saya bisa memahami perasaan Hector. Kamar yang selama ini didiami dirinya diinvasi oleh seorang putri manja dan dirinya harus tidur di sofa? Sangat mustahil bagi remaja seusia Hector. Mau tidak mau Adrienne terkena kemarahan Hector tiap hari. Tapi, namanya juga novel dengan tema benci jadi cinta, ujung-ujungnya keduanya menyadari perasaan masing-masing.
            Saya menyukai cara penulis bercerita dan terkejut dengan pemilihan konflik yang dipilih penulis yang tidak mengambil cerita berputar-putar pada pertengkaran Adrienne dan Hector saja. Tiba-tiba penulis membelokkan cerita dengan meninggalkan masa lalu Adrienne. Dan setting pun berganti Adrienne tinggal bersama ayahnya di Bali. Dan pekerjaan sampingan ayah Adrienne ini benar-benar membuat cerita semakin seru. Tidak meceritakan hubungan cinta Adrienne saja novel ini pun mengandung unsure action. Aksi kejar-kejaran dengan polisi menjadi bagian terseru, menurutku.
            Saya dibuat penasaran dengan akan berakhir dengan siapa Violin ini. Saya yang membaca dari awal tentu saja mendukung Violin berakhir dengan Hector. Saya kadung jatuh cinta dengan Hector. Apalagi sekarang Hector menjadi mata-mata, makin keren di mataku! Banyak sekali clue-clue yang diberikan penulis tentang siapa yang dipilih Violin. Saya pun sempat terjebak dan berakhir dengan lemes karena Violin .........
            Walau akhir buku ini begitu mengejutkan, tapi saya sangat memahami mengapa penulis memberikan akhir seperti itu. Yah, mau bagaimana lagi Violin harus ........ Walau saya tidak terima mengapa Hector ......... dan mengapa Stanley begitu ....... AAArrggghh Pokoknya perasaan saya campur aduk baca novel ini. Wajib dibaca kalau kepengin baca novel Amore yang manis dan dibumbui ketegangan.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)