Judul : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang : Tere Liye
Tahun Terbit : Cetakan X, Agustus 2009
Penerbit : Republika
Kategori : Fiction, Religius
Harga : Rp. 46.000,-
Bisa dibeli di bukupediacom
Bisa dibeli di bukupediacom
Di salah satu rumah, di sudut kota Lhok Nga. Adzhan shubuh bergema membangunkan seluruh penghuni kota. Sebuah keluarga kecil dengan segala kesadarannya memulai aktivitas dipagi hari seperti biasanya. Keluarga kecil Abi Usman memulai shubuh ini dengan salat berjamaah.Keluarga Abi Usman yang terdiri dari Abi Usman, Ummi Salamah, Alisa Fatimah, Alisa Zahra, Alisa Aisyah, dan si kecil bungsu Alisa Delisa. Rutinitas yang dimulai seperti hari-hari biasanya shalat shubuh berjamah walau tanpa Abi Usman yang memang baru pulang setelah bekerja di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing—perusahaan di Arun. Ummi, Fatimah, Zahra, Aisyah yang sedang mengaji dan Delisa yang sedang asik menghafal hafalan shalatnya yang belum juga ia kuasai. Hafalan shalat Delisa yang merubah hidup gadis yang masih tearmat kecil, yang baru saja genap berumur enam tahun. Bencana alam yang tak terelakkan merubah seisi kehidupan kota Lhok Nga.
Nyesek.....................
Lagi
dan lagi, tiap baca novel yang dibuat Tere Liye. Sesiap apapun hati ini
yang ada hanya tangis—walau tanpa air mata—yang tak pernah terelakkan.
Walau aku ga pernah sekalipun menititikkan air mata disaat membaca
karya-karya Tere Liye diawal novel selalu aja membuatku berkaca-kaca,
sesedih dan sebahagia apapaun cerita di dalam novel yang terjadi.
Sungguh memang tema yang diusung Tere Liye sederhana—kesederhanaan dalam
hidup, yang dibuat seapik dan seindah mungkin oleh Tere Liye. Novel
ke-3 yang aku baca, yang selalu membuatku ketagihan—candu—karya-karya
Tere Liye yang lain. Novel ini bercerita tentang Delisa dengan keluarga
kecilnya yang bahagia. Dikarunia orang tua yang begitu bikin iri,
kakak-kakak yang selalu membimbing Delisa. Walau cerita hanya seputar
hapalan shalat Delisa, bagaimana Delisa dengan polosnya berlatih dan
berlatih demi shalat yang sempurna—atau demi sebuah kalung bagi Delisa.
Delisa seperti anak seumurannya kehidupannya hanya seputar sekolah dan
bermain bersama teman-temannya. Hidupnya seketika berubah ketika badai
tsunami menghantam pulau Sumatera pada hari Ahad, 26 Desember 2004,
tepat 7 tahun yang lalu dari hari ini. Yang terbesit pertama kali
dipikiranku saat membaca novel ini tanggal 26 Desember 2004 aku lagi
apa? Disaat saudaraku setanah air di ujung pulau Sumatera sedang
berjuang melawan dahsyatnya takdir yang diberikan Yang Maha Kuasa, aku
sedang melakukan hal yang sama seklai tidak penting.
Sungguh,
membaca tiap lembar novel ini mampu membuatku berkaca-kaca, bahkan
menulis resensi ini pun hanya dengan membayangkan bagaimana
mengerikannya saat itu membuatku ingin menangis. Dari Delisa aku belajar
banyak hal, kepolosan anak sekecil ini mampu membuat siapapun merasa
kalau diri ini tidak ada artinya. Penggambaran yang begitu detail
menggugah hati siapa pun yang membaca novel ini.
Sudut
pandang yang diambil adalah sudut pandang orang ketiga dengan alur maju
yang berpusat pada Delisa. Novel yang begitu digemari seluruh penduduk
Indonesia dengan terbuktinya cetak ulang dengan angka yang fantastis.
Novel yang kubaca saat ini adalah edisi revisi yang walu menurutku masih
banyak bagian-bagian yang harus direvisi—dengan adanya typo disana
sini. Entahlah sehebat apa Tere Liye sampai bisa membuat novel-novel
yang sangat indah yang selalu membuat jutaan fansnya menunggu-nunggu
karya terbarunya. Di novel ini juga terdapat catatan kaki dari sang
penulis—walau awalnya aku kurang paham dengan catatn kaki ini. Karena di
akhir novel baru kusadari catatan kaki ini merujuk pada isi hati sang
penulisa—begitu juga para pembaca. Novel ini memang hanya karya fiktif
belaka sesuai penuturan sang penulis, yang hanya ditulis ketika penulis
tersedu melihat berita tentang liputan anak-anak Aceh pasca bencana
Tsunami. Khas penulis juga dengan ending yang selalu bikin nyesek sekaligus merasa puas setelah menamatkan novel ini.
Lagi dan lagi aku selalu ingin membaca karya-karya yang dihasilkan Tere Liye.
Untuk si manis Delisa aku beri nilai 5 :)
Hafalan Shalat Delisa The Movie
Merujuk
pada novel Delisa yang sukses, akhirnya novel ini diangkat menjadi
layar lebar yang sudah meredar di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia.
Walau sangat disayangkan aku sendiri belum menontonnya :( Jadi aku belum
bisa membandingkan antara versi novel dan layar lebarnya.
Berikut sinopsis dan cuplikan dari film Hapalan Shalat Delisa :) yang diambil dari situs 21cineplex
Delisa
(Chantiq Schagerl) gadis kecil kebanyakan yang periang, tinggal di
Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai
anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), Ayahnya bertugas
di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat
dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga
kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska
Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi)
26 Desember 2004,
Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika
tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak
Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil
mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa
serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di
Asia TenggaraDelisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana
Delisa bangkit, di tengah rasa
sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi
Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat
kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa
berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi
kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti
mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan
sesuatu tanpa mengharap balasan. "Delisa cinta Ummi karena Allah" Mulai tayang 22 Desember 2011.
Beberapa gambar dari movie Delisa :)
Ada versi cover lain nya dari novel ini, diantaranya adalah
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)