Selasa, 31 Desember 2019

[Review] Teater Boneka




Teater Boneka
Emilya Kusnaidi, Orinthia Lee, Ayu Rianna
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Tebal 320 Halaman
Tahun Terbit 2014
@iPusnas

Blurb
Teater Boneka Poppenkast terancam tutup!
Jumlah penonton yang semakin menyusut membuat Erin berjuang keras membuat cerita-cerita baru untuk dimainkan di teater boneka yang ia warisi dari sang kakek. Tapi ini bukan pekerjaan mudah. Erin merasa tak ada yang memahami cita-citanya, termasuk Robert, kekasihnya.
Hingga Erin bertemu Awan, lelaki dengan latar belakang misterius yang memaksa bekerja di Poppenkast tanpa meminta bayaran. Dukungan lelaki itu terhadap kelangsungan teater boneka membuat Erin jatuh hati.
Namun Awan ternyata menyimpan rahasia masa lalu yang membuatnya harus bersembunyi di Poppenkast. Saat rahasia lelaki itu terungkap, ternyata dia bukan orang yang selama ini dikira Erin. Hingga Awan akhirnya harus memilih antara menyelesaikan persoalan masa lalunya atau terus bersama Erin.

Review

Teater Boneka menceritakan tentang Erin yang mewarisi Teater Boneka Poppenkast dari sang Kakek. Masa kecil Erin dihabiskan di Teater Boneka Poppenkast oleh karena hal itulah Erin merasa warisan yang diberikan sang Kakek sangat berharga. Erin sampai rela keluar dari pekerjaan dulu demi mengurus Teater Boneka Poppenkast yang terancam ditutup. Erin tidak mau hal itu terjadi, berusaha yang dia mampu adalah jalan satu-satunya agar Teater Boneka Poppenkast tetap bisa berdiri. Kenyaataannya memang tidak semudah itu disaat kepopuleran Teater Boneka Poppenkast mulai pudar tergerus oleh zaman. Hiburan gawai lebih dipilih oleh anak-anak yang seharusnya menonton pertunjukkan boneka.
Masa kecil saya sendiri tidak pernah dihabiskan dengan menonton pertunjukkan boneka seperti Erin. Hal ini agak membuat saya iri, sebenarnya. Sampai setua ini pun saya belum pernah melihat langsung pertunjukkan boneka. Semoga suatu hari nanti bisa diberi kesempatan. Membaca novel ini agak mengobati rasa penasaran saya bagaimana sih pertunjukkan boneka di teater boneka. Apalagi Erin sangat antusias dan menceritakan dengan detail tentang teater boneka yang dimilikinya. Walau hal ini malah membuat novel ini terasa lambat dan berbelit-belit.
Saya sendiri mulai merasakan antusias membaca novel ini adalah ketika kemunculan keluarga Awan. Pria muda yang tiba-tiba datang ke gedung teater boneka Erin. Dan dengan sedikit memaksa meminta Erin menyetujui permintaannya menjadi pegawai di gedung Teater Boneka Poppenkast. Cerita Erin terasa hidup dan membuat saya tidak bisa berhenti membaca. Saya terlalu penasaran dengan sosok Awan yang sangat misterius.
Akhir cerita Erin sebenarnya sangat realistis walau entah lah, saya merasa akhir yang diberikan oleh para penulis terlalu terburu-buru. Saya cukup puas dengan keputusan yang diberikan tentang nasib Teater Boneka Poppenkast Erin. Tema yang baru yang cukup menarik untuk saya. Selamat membaca.

1 komentar:

Jangan segan buat ngasih komen ya :)