Senin, 27 Mei 2019

[Review] Chemistrick




Judul : Chemistrick
Penulis : Indah Hanaco
Tahun Terbit : 2019
Bisa dibaca secara gratis di Storial.co



Membaca cerita yang dibuat oleh penulis favorit memang tidak usah diragukan lagi. Rasanya sangat menyenangkan. Tidak ada keluhan selama membaca, lancar sekali tiap membaca kalimat demi kalimat. Niat hati hanya ingin mencicipi beberapa bab, eh malah keterusan baca sampai bab terbaru.
Jika ada penulis yang terlalu nyaman memakai profesi yang sama untuk para tokoh karyanya, Indah Hanaco termasuk penulis yang gemar sekali mengeksplor macam-macam profesi pada setiap tokoh di cerita-cerita yang dibuatnya. Bukan dalam konotasi negatif, tapi ini sangat bagus karena selain menambah pengetahuan pembaca bahwa ada banyak sekali jenis pekerjaan di dunia ini, menghindari kebosanan yang paling utama.
Seperti tokoh utama dalam cerita Chemistrick ini memiliki pekerjaan yang lumayan unik. Robin sendiri mengambil jurusan ilmu forensik ketika kuliah tapi malah berakhir menjadi perancang cincin. Banting setir yang lumayan tajam, menurutku. Sempat membuat rasa penasaran ini muncul, ada masa lalu apa di balik perubahan jalur profesi Robin ini.
Profesi tokoh utama wanitanya malah tak kalah nyentrik, seorang penipu. Yah, bukan seperti penipu dalam film-film yang merampas uang. Tapi Vivian punya pekerjaan sebagai “pengganti” artis. Tugas Vivian sederhana, hanya menghadiri acara-acara yang kebetulan sang artis tidak bisa menghadiri. Cocok bukan kalau Vivian disebut penipu?
Profesi ini juga yang mempertemukan Robin dan Vivian. Yah, walau setelah pertemuan dramatis itu Vivian dipaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Barry menatap putrinya dengan kecemasan yang begitu kentara, “Papa nggak suka kalau kamu benci sama Mama.” “Aku nggak benci, Pa,” bantah Vivian buru-buru. “Tapi Papa tau sendiri hubungan kami kayak apa aku nggak bisa bermanja-manja sama Mama. Dulu, Mama yang bikin jarak, kan? Kalau sekarang mau diperbaiki, rasanya udah telat banget. Aku udah terbiasa ditolak. Kalau dekat Mama, ada rasa cemas Mama akan menolak dan marah-marah nggak keruan lagi.” (Vivian – Bab 10)

Sejauh ini cerita yang saya baca masih perkenalan para tokoh utamanya. Flashback masa lalu kedua tokoh utamanya yang suram membuat saya simpatik kepada mereka berdua. Entah kenapa sejak awal saya merasa tertarik sekali dengan kisah masa lalu Robin dan Vivian. Padahal biasanya saya lebih suka cerita manis kisah cinta para tokoh utamanya. Hampir selama membaca 26 bab sejauh ini masih berkutat dengan flashback masa lalu Vivian dan Robin. Jujur, seharusnya bagian flashback ini membosankan. Karena biasanya alur cepat lebih kusukai, tapi masa lalu mereka berdua itu sungguh menarik dan membuat saya penasaran. Malahan, fokus saya beralih pada masa lalu mereka.

“Robin bukan orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Dia tidak pernnah bersikap sok pahlawan untuk membela seorang cewek yang sedang adu mulut dengan pacarnya. Namun dia paling tidak tahan jika ada laki-laki yang bersikap keterlaluan dan cenderung kurang ajar. Robin sudah pernah melihat pertengkaran yang awalnya tampak sepele malah berakhir dengan peristiwa fatal. Dia tidak mau lagi dihantui rasa penyesalan karena tidak mau melakukan apa-apa.” (Robin – Bab 3)

Banyak sekali isu yang diangkat dalam cerita ini. Salah satunya kekerasan yang terjadi pada pasangan. Pasangan yang suka memukul orang yang dicintainya? Hal itu terasa gila dan nggak masuk akal. Tapi, memang hal itu sering terjadi. Sang korban bukannya meminta pertolongan malah merasa bersalah, karena rasa cintanya pada pasangannya, menyebabkan pasangannya bersikap temperamental.
Saya merasa, kisah mereka berdua ini masih akan lama menuju kata akhir. Karena cerita masih berkutat pada masa lalu mereka berdua. Saya sendiri sudah deg-degan sekali menunggu apa hubungan masa lalu Robin dan Vivian. Ada rahasia besar apa yang nantinya menunggu masa depan mereka berdua. Harapan saya tentu saja akhir yang bahagia untuk mereka berdua.

Rombongan pendakian Robin cs (Pic from Google)
Selama menanti  konflik besar apa yang nantinya akan mereka lalui, saya suka sekali selingan perjalanan mendaki Annapura Base Camp di Nepal. Robin dan Vivian dipertemukan kembali oleh penulis ketika mereka sama-sama berlibur ke Nepal. Saya bukan tipe orang yang gemar olahraga, apa lagi mendaki. Pengalaman mereka berdua membuat saya tahu bagaimana rasanya mendaki gunung. Yang jelas sih pasti capek banget perjalanan mereka berdua. Hanya saja ketika mereka mengagumi betapa indahnya pemandangan yang mereka lalui selama pendakian, mau tidak mau membuat saya juga penasaran keindahan alam Nepal.
Seperti yang sudah saya singgung di awal, cerita mereka berdua masih jauh dari kata selesai. Saya sempat membaca postingan penulis bahwa cerita ini ditulis ketika penulis merasa kebuntuan ingin menulis apa. Wah ini sih berasa pamer banget, tulisan waktu buntu saja sebagus ini, apa lagi ketika dewa inspirasi sedang berbaik hati pada beliau. Semoga saja penulis tidak kehabisan ide dalam setiap pembuatan ceritnya, dan semoga berhasil menang lomba tulisan di storial ini! Good luck!
 

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)