Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Pengarang : Tere Liye
Tahun Terbit : April 2018
Tebel : 512 Halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Fiction, Romance
Harga : Rp. 97.000,-
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, maka setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaanya.
Apakah Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ini sama spesialnya dengan miliaran cerita cinta lain? Sama istimewanya dengan kisah cinta kita? Ah, kita tidak memerlukan sinopsis untuk memulai membaca cerita ini. Juga tidak memerlukan komentar dari orang-orang terkenal. Cukup dari teman, kerabat, tetangga sebelah rumah. Nah, setelah tiba di halaman terakhir, sampaikan, sampaikan ke mana-mana seberapa spesial kisah cinta ini. Ceritakan kepada mereka.
Review :
Pagi ini, aku akhirnya memutuskan, aku akan memulai kehidupan sebagai: pengemudi sepit!—setelah gonta-ganti pekerjaan selama dua tahun terakhir ini. Sungguh, meski melanggar wasiat Bapak yang mengatakan padaku: ‘Borno, jangan pernah jadi pengemudi sepit’, aku berjanji akan jadi orang baik, setidaknya aku tidak akan mencuri, tidak akan berbohong, dan senantiasa bekerja keras—meski akhirnya hanya menjadi pengemudi sepit.
Aku menikmati pekerjaan baruku. Aku belajar mesin dan mengemudi sepit terlebih dahulu dengan Pak Tua—tetangga yang kuanggap ayah sendiri. Tetapi ternyata tidak segampang itu. Bang Togar dengan seenaknya malah menyuruhku untuk membersihkan jamban di dermaga sepit. Oke, ini ospek, masa orientasi, dan karena dia juga ketua PPSKT (Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta).
Seminggu aku belajar mengemudi sepit hari kelulusanku tiba, akhirnya aku bisa mengemudi sepit secara langsung. Tanpa disangka dan diduga ada seorang gadis berbaju kurung kuning, rambut tergerai panjang, berwajah sendu menawan perawakan Cina yang menumpang dihari pertama aku menarik sepit, alamak perasaan apa ini? Selama dua puluh tahun lebih aku belum pernah jatuh cinta jadi aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Gadis itu, gadis berwajah sendu menawan itu mengubah hidupku yang biasa-biasa ini.
Dan di hari itu juga ada barang penumpang yang tertinggal di sepitku, sepucuk surat. Surat bersampul merah, dilem rapi, dan tanpa nama.
*****
Sederhana dan ringan .......
Selalu dan selalu novel karya Tere Liye—yang selama ini sudah kubaca—bertema sederhana. Cerita buku ini hanya seputar kehidupan kecil Borno, lika-liku kehidupan Borno dari kecil sampai beranjak dewasa. Kehidupan biasa dan membosankan Borno, yang ajaibnya diramu sedemikian rupa menjadi sebuah kisah menakjubkan dan penuh makna.
Tere Liye adalah salah satu penulis mega-bestseller yang ada di Indonesia. Setiap buku yang ditulisnya selalu dicetak ulang berkali-kali. Berganti kaver buku berkali-kali. Dan selalu laris manis. Novel ini juga salah satunya. Sudah berganti kaver ke-3 kalinya.
Seperti yang sudah aku katakan di awal, tema novel yang dibuat oleh penulis cerita-cerita sederhana yang biasa kita temui sehari-hari. Kepandaian penulis dalam memainkan emosi pembaca yang membuat tulisan Tere Liye disukai para pembaca. Baik pembaca muda maupun dewasa.
Ketika aku membaca novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah ini, aku dibuat banyak tertawa dengan tingkah Borno cs dari awal sampai akhir. Well, sebenarnya bisa dibilang paket komplit, ada perasaan kesal, kecewa, jengkel, sedih, penasaran, lucu dan tidak bisa berhenti tertawa ketika membaca lembar demi lembar yang kubaca.
Adalah Borno yang menjadi tokoh sentral buku ini. Sedari kecil, Borno sudah hidup sendiri. Ayahnya yang seorang nelayan meningal karena jatuh tersengat ubur-ubur. Dan Ayah Borno lebih memilih untuk mendonorkan jantungnya. Borno kecil yang belum banyak mengerti hanya bisa menangis dan berteriak ‘Bapak belum mati! Kenapa dadanya dibelah! Dia bisa sadar kapan saja’ yang nantinya kematian Bapak Borno ini mengubah segalanya bagi sebagian tokoh yang ada di novel ini.
Membaca novel ini sungguh menyenangkan. Ada beberapa hal yang membuatku tidak bisa berhenti tertawa. Kisah Borno yang setelah lulus SMA bergonta-ganti pekerjaan diceritakan begitu lucu dan malah membuat pembacanya tertawa lepas. Padahal sangat tidak sopan ketika seseorang sedang sungguh-sungguh mencari pekerjaan tetapi malah ditertawakan—tentu saja.
Setelah insiden bekerja di kapal feri yang menghebohkan akhirnya Borno menetapkan hati untuk memilih bekerja sebagai pengemudi sepit. Berbicara tentang sepit, aku pribadi tidak terlalu tahu bagaimana sih sebenarnya perahu sepit itu. Hanya tahu sebagai transportasi untuk menyeberangi Sungai Kapuas. Dan karena membaca novel inilah membuatku ingin berkunjung ke kota Pontianak, merasakan indahnya sungai Kapuas dan bagaimana rasanya meletakkan uang di dasar perahu—aturan main penumpang sepit. Dan bonusnya diantar abang pengemudi ganteng nan gagah macam Bang Borno. lol
Sang penulis tanpa perlu ditanya sangat pandai menggambarkan bagaimana keadaan kota Pontianak—termasuk kisah hantu Ponti asal muasal nama Pontianak. Dan dari novel ini pula aku baru tahu bahwa para keturunan Cina mempunyai dua nama. Nama kampung halaman dan nama Nasional, ternyata orang Cina dalam urusan nama serumit ini.
Kisah Borno dimulai ketika konflik dimunculkan oleh penulis. Borno menemukan sepucuk angpau merah, sesuai judul buku ini. Borno selalu bilang bahwa angpau merah ini milik seorang gadis yang dijulukinya ‘Sang Sendu Menawan’. Pencarian pemilik angpau merah pun dimulai. Dengan dibantu Andi—sahabat Borno—yang ikut penasaran karena baru kali ini melihat Borno begitu penasaran pada seorang gadis. Ledekan demi ledekan pun didapatkan oleh Borno. Walau tentu saja pencarian Borno tidaklah berakhir dengan kekecewaan. Karena Borno mulai mengenal gadis pemilik angpau merah itu. Dan merasakan perasaan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Borno digambarkan sebagai pemuda polos. Ketika pertama kali jatuh cinta Borno begitu tegang dan tidak tahu harus melakukan apa. Borno ini sangat polos, proses pendekatan dengan Mei membuat pembaca gemas sendiri. Karena belum apa-apa Borno sudah kebingungan mencari alasan untuk mengajak kencan Mei.
Memang tidak hanya hal yang indah yang dirasakan oleh Borno, terkadang hal-hal yang sedih pun ada. Kita diajak untuk mengikuti perjalanan cinta pertama dan cinta pada pandangan pertama Borno.
Novel ini menggunakan sudut pandang Borno dan alur maju-mundur. Tokoh yang paling aku sukai adalah Pak Tua, salah satu rekan Borno. Pak Tua pernah mengatakan pada Borno bahwa cinta adalah perbuatan. Kisah Pak Tua tentang sahabatnya yang menjadi pasangan buta yang hidup selama berpuluh-puluh tahun sangat menyentuh dan membuat mataku berkaca-kaca ketika membacanya. Secara kesulurahan sudah pasti novel ini sangat bagus dan layak dibaca oleh siapa pun. Banyak sekali pesan-pesan moral yang disampaikan Tere Liye dalam novel ini, petuah-petuah Pak Tua yang bisa digunakan sebagai pedoman hidup. Entah kenapa tokoh dalam novel ini yang kusukai setelah Borno adalah Andi. Melihat Andi seperti melihat diriku sendiri yang sama-sama suka penasaran.
Dari Andi juga aku jadi mengingat orang-orang terdekatku gara-gara insiden 'kebohongan si sendu menawan' dan 'pembalasan dendam Borno'. Seperti Pak Tua bilang bahwa Borno yang patah hati karena Mei mengingatkan bahwa 'Banyak sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk sekali, sampai lupa keluarga sendiri, teman sendiri. Padahal siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru. Kau lupa Borno. Kalau hati kau sedang banyak pikiran, gelisah, kau selalu punya teman dekat. Mereka bisa menjadi penghiburan, bukan sebaliknya tambah kau abaikan.' Aduh~~~ Kata-kata Pak Tua ini memang dalem banget. Memang kebanyakan dari kita sibuk dengan perasaan diri kita sendiri, merasa yang paling menderita, merasa paling nelangsa dan teman-temannya. Padahal ada orang-orang terdekat kita yang lebih peduli melebihi diri kita sendiri. Novel ini benar-benar mengajarkan hal-hal yang sangat kecil dan mungkin dirasa sepele oleh kita dan setelah membaca novel ini kita baru sadar bahwa sesungguhnya semua hal di dunia ini memang mempunyai porsi sendiri yang tidak kalah pentingnya. Lagi dan lagi dibuat salut sama penulis yang satu ini. Insiden 'pembalasan dendam Borno' pun tak kalah pentingnya bahwa memang yang namanya balas dendam tidak pernah menguntungkan baik untuk kita sendiri maupun orang lain.
Hebatnya lagi dari awal sampai akhir aku dibuat penasaran sekali dengan nasib surat aka angpau merah yang ditemukan Borno di sepitnya. Kita sebagai pembaca dibuat terlena oleh Tere Liye dengan cerita manis dan patah hati perjuangan Borno mendapatkan Mei. Aku pun begitu, sempat melupakan insiden angpau merah itu. Dan, ketika mencapai bagian akhir barulah hati ini merasa plong ketika diungkapkannya rahasia di balik angpau merah yang ditemukan oleh Borno.
Novel ini diperuntukkan untuk semua yang ingin tahu bagaimana indahnya cinta pertama dan cinta pada pandangan pertama, untuk semua kalangan wajib sekali membaca novel ini. Baik yang sudah pernah membaca maupun belum tulisan Tere Liye, kisah sederhana Tere Liye tentang pemuda Kapuas :)
Untuk Borno yang bikin aku pengin naik sepit aku kasih nilai 5 :)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan segan buat ngasih komen ya :)