Rabu, 30 November 2016

[Review] Requiem Musim Gugur



Judul : Requiem Musim Gugur
Penulis : Y. Agusta Akhir
Penerbit : Grasindo 
ISBN : 9786022512332 
Tahun Terbit : Cetakan I, Oktober 2014


Requiem Musim Gugur, sebuah lagu sendu yang dimainkan Karin dengan jemarinya kenangan indah bersama Gilbert. Pada musim gugur di kota Freiburg, cinta bersemi di antara dua musisi muda itu. Di depan sebuah makan komposer besar, Beethoven, pernyataan cinta yang lama telah dinantinya dari seorang Gilbert meninggalkan kesan yang begitu dalam.
Cinta mereka semakin kuat dan mereka memupuk impian untuk sebuah pernikahan. Namun, takdir memisahkan tautan cinta itu sebelum impian itu terwujud. Gilbert meninggal dan kematiannya memberi pukulan telah bagi Karin yang telah mengandung buah cinta mereka.
Sekembalinya ke tanah air, Karin memutuskan untuk mengarungi hidup tanpa nakhoda. Membesarkan Mia, si Bunga Musim Gugur yang tunanetra, seorang diri dan menutup hati untuk cinta yang lain. Namun, takdir membuka kebahagiaan untuk kehidupan Karin dan Mia.
Seorang lelaki bernama Garin hadir membawa cinta yang baru. Bukan hal yang mudah baginya membuka kembali hati Karin. Untuk merangkai hidup bersama yang penuh harmoni.

*******

Kehidupan Karin berubah semenjak kekasihnya, Gilbert meninggal karena kecelakaan. Padahal mereka berdua sudah merencanakan untuk menikah setelah selasai kuliah di Jerman. Karin merasakan kesedihan dan harus tetap menjalani hidupnya tanpa sang kekasih. Kesedihannya semakin bertambah ketika Karin tahu dirinya sedang mengandung. Buah cinta dengan kekasihnya. 
Karin memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Walaupun banyak tekanan karena dirinya mempunyai anak tanpa ikatan pernikahan. Kehadiran putrinya, Mia, mampu membuat Karin semaki kuat. 

******

Sejujurnya saya lelah membaca cerita tentang Karin. Karena blurp buku ini mencerikan akan ada tokoh bernama Garin, saya sangat menantikan kehadiranya. Cerita hanya bergulir pada kesedihan Karin semenjak kehilangan kekasihnya. Walau cerita tentang Mia sangat mengharukan. Saya tersentuh dengan kehidupan yang dijalani Karin. Dia berani mengambil resiko membesarkan anak sendiri. Apa lagi anaknya Mia buta. Duh, Karin seorang ibu yang hebat.
Kemungkinan besar penulis lebih menonjolkan kisah hidup Karin sebagai single parent. Kehidupan Karin yang semakin matang dengan diberikan cobaan-cobaan yang diberikan. 
Yah, menurut saya untk lebih seimbang harusnya kisah percintaan Karin juga lebih digalih lagi. Paling tidak biar saya tidak bosan. Kemunculan Garin seakan hanya pelengkap dan tempelan saja.
Bacaan yang cukup menghibur.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)