Kamis, 24 November 2016

[Review] (Me)mories



Judul : (Me)mories
Pengarang : Nay Sharaya
Penerbit: Grasindo
ISBN: 978-602-251-329-2
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2014
Tebal : 288 halaman



Kau menganggapku seorang puteri, bukan? Lalu, apa jadinya jika kau tahu, sosok puteri yang diam-diam menyergap hatimu ini hanya seorang makhluk aneh kesepian, yang kehilangan jati dirinya. Apakah cinta akan tetap sama?
Ternyata, ini hanyalah tentang sepenggal kisah-kisah di ujung hari yang menunggu akhir. Tapi, saat ia ingin menyerah, seseorang tiba-tiba membuat janji. 
“Membuat kamu aman adalah kegemaranku yang baru. Jadi siap-siap saja aku lindungi, oke?” 
Hanya karena sebuah janji, sesuatu berubah. Sebuah janji yang membuatnya mulai percaya dan berharap. Namun kemudian, ia sadar bahwa sebuah janji tak akan pernah bertahan lama. Karena itu, ia memutuskan untuk menjauh dan bertahan dengan caranya sendiri.
"Pernah suatu saat aku mencoba membayangkan masa depanku. Kau tahu? Membayangkan masa depanku tanpa ada kau di dalamnya, rasanya sangat aneh."

**********

Sejak baca novel Take Off My Red Shoes saya jatuh cinta dengan tulisan Nay Sharaya. Bagaimana tidak penulis selalu memunculkan tokoh-tokoh dengan kepribadian aneh. Bikin saya jatuh cinta. Walau tetap hubungan tokoh utama yang paling menghibur.
Saya suka ide Mories yang di awal terlihat sangat alim dan datar. Ternyata di balik semua itu sebenarnya Mories emang cewek yang cuek. Saya setuju banget MOS yang main hakim sendiri itu beneran nggak ada gunanya banget. Waktu SMA saya kerasa banget yang ditindas senior. Walau saya masih terbilang cukup pengecut, tidak seperti Tiyanna yang selalu membela Mories dan pasang badan, saya cukup hanya menjelek-jelekkan di belakang senior. Yah, semakin males kalau saya bakalan ditindas sepanjang MOS. Tanpa penindasan pun MOS sudah sangat melelahkan. Hayati nggak bakalan jamin kalau sampai ditindas juga.
Akhirnya memang Mories dan Tiyanna selamat dalam masa MOS mereka. Malah mereka jadi lumayan deket dengan senior-senior yang sempat bersitegang. Candra dan Alan malah nggak pakai malu deketin mereka. Padahal waktu MOS gaya mereka sengak betul. Bisa-bisanya malah pedekate.
Ternyata Mories yang dideketin oleh Alan menambah deretan penderitaanya. Gangguan-gangguan didapat dari cewek-cewek yang mengaku teman mantan pacar Alan, Miranda. Nggak tahu saja balasan Mories lebih menyeramkan. Berani-beraninya mereka membangunkan singa yang lagi tidur. Mereka salah besar.
Akhir yang dipilih buku ini agak klise sebenarnya. Cuman karena di buku ini porsi romensnya lebih banyak, terpaksa saya akui kalau saya lebih suka cerita novel ini. 
Well, cerita Mories membuat saya banyak berpikir. Untuk selalu hati-hati dalam bertindak. Memang lebih baik tidak menjadi diri sendiri seandainya perilaku kita menyakiti orang lain. Toh, siapa sih yang ingin di cap sebagai orang jahat.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)