Sabtu, 24 September 2016

[Review] 17 Years Of Love Song



Judul : 17 Years of Love Song
Pengarang : Orizuka
Tahun Terbit : Cetakan II,  2015
Penerbit : Puspa Populer
Jumlah Halaman : 268 hal
Kategori : Romance, Tragedy
ISBN : 978-979-214-007-8
Rating : 4/5
Bisa dibaca secara gratis di aplikasi iKaltim


Saat itu, aku hanya berumur tujuh belas tahu. Orangtuaku memutuskan untuk bercerai, dan aku harus memilih satu di antara mereka.
Aku memilih Mama karena dia sudah tidak memiliki siapa pun lagi. Kakek dan Nenek sudah meninggal, dan rumah ini adalah warisan mereka.
Aku tak pernah menyesal memilih Mama. Yang aku sesalkan, kenapa rumah ini harus berada di kampung seperti ini.
Saat itu, aku tidak benar-benar menyangka kalau kampung ini adalah tempat semua kehidupanku dimulai.

********

Baru kali ini saya membaca novel dengan gaya bahasa yang lambat dan suram. Entahlah, itu kesan yang saya rasakan. Lambat sekali. Tapi bukan dalam arti jelek.
Ceritanya sendiri dibuka ketika Leo dan ibunya harus pindah ke kampung halaman ibu Leo. Leo lebih memilih bersama ibunya ketika perceraian itu harus terjadi. Padahal Leo sama sekali tidak ingin pindah ke Purwakarta. Leo masih mencintai Jakarta. Karena di Jakarta impian Leo yang ingin menjadi pemain baseball profesional dapat diwujudkan.
Leo yang merasa belum siap pun merasa ogah-ogahan untuk berangkat sekolah. Apa lagi jarak sekolah dari rumahnya sangat jauh. Leo terpaksa menerima tawaran ibunya untuk bersepeda tiap berangkat sekolah.
Leo yang tidak bersemangat berangkat sekolah menutup diri dari teman-teman barunya. Hingga Leo bertemu dengan Nana. Gadis yang tidak sengaja ditemui Leo saat bermain baseball menghabiskan waktu istirahat.
Ada yang istimewa tentang tokoh Nana ini. Tidak seperti kebanyakan tokoh utama yang serba sempuran, Nana tidak. Nana gadis berkursi roda. Nana mengalami kelumpuhan ketika menolong seorang anak yang tidak bisa turus dari pohon. Kecelakaan yang dianggap konyol bagi saya dan Leo.
Hubungan Nana dan Leo terkesan seperti instalove, tapi tidak. Hari demi hari hubungan mereka semakin dekat. Baik Leo maupun Nana merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa di antara mereka berdua. Walau keterbatasan Nana menjadi penghalang besar. Apa lagi Leo pun bilang bahwa impiannya tidak akan tercapai jika dia tinggal di Purwakarta.
Saya sangat sangat menikmati membaca tiap kalimat yang ditulis Orizuka. Terasa sekali semua emosi tiap tokohnya. Membuat saya pun sangat larut. Kadang saya tersenyum. Kadang saya malah merasa hancur. Sangat campur aduk.
Akhir yang diberikan penulis sama sekali bukan tipe kesukaan saya. Saya selalu menduga-duga dan berdoa jangan seperti itu, karena di prolog pun saya sudah tahu akan seperti apa akhirnya nanti. Kalau bukan Orizuka yang menulis  novel ini sudah dari prolog saya langsung berhenti membaca.
Namun, saya bersyukur bisa membaca novel ini. Dari Leo dan Nana saya belajar bahwa tidak ada yang namanya kesempurnaan. Saya pribadi tidak tahu akan bersikap seperti apa ketika memiliki kekasih ataupun teman yang cacat seperti Nana. Satu kata yang pasti memang canggung. Cinta Leo pada Nana begitu membuat saya iri. Leo sangat tulus mencintai Nana.
Ah, novel yang bagus. Berharap semua orang bisa tahu bahwa ada tulisan Orizuka yang mengaharu-biru. Selamat membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)