Tampilkan postingan dengan label Kristy Nelwan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kristy Nelwan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Maret 2016

[Review] Perempuan Lain

0

Judul : Perempuan Lain
Pengarang : Kristy Nelwan
Tahun Terbit : Cetakan I, Juni 2007 ; Cetakan III, April 2013
Penerbit : PT Grasindo
Jumlah Halaman : hal
Kategori : Romance,  
Harga : Rp. 77.000,-
ISBN : 978-979-025-417-6
Rating : 3/5

            Maya Renita bertemu dengan lelaki yang menarik perhatiannya ketika dia sedang makan di sebuah restoran. Sayangnya Maya kepergok sedang memperhatikan lelaki tersebut. Semakin sial nasib Maya ketika tahu lelaki tersebut adalah klien bisnisnya. Nama pria itu adalah Sandi. Sandi benar-benar lelaki yang berbeda seperti yang ada di bayangannya. Maya merasa nyaman berada di dekat Sandi. Sandi begitu perhatian kepada Maya. Padahal mereka baru kenal dan mitra bisnis.
            Kebersamaan mereka berdua semakin dekat seiring berjalannya waktu. Jarak tidak memisahkan mereka berdua. Walaupun Maya tinggal di Bandung dan Sandi berada di Jakarta. Kehidupan percintaan mereka berjalan manis hingga suatu hari tunangan Sandi muncul di hadapan Maya. Maya merasa dibohongi dan hancur. Maya tidak tahu harus melakukan apa karena Maya merasa Sandi adalah satu-satunya untuknya.
            Dan, Maya tahu sahabat-sahabatnya tidak akan menyetujui hubungan yang sedang dijalani oleh Maya. Terutama .

************

            Setelah menamatkan novel lain penulis yang berjudul L tentu saja Kristy Nelwan menjadi jejeran penulis favorit saya (review : L). Saya begitu tergila-gila dengan gaya bercerita penulis. Sedikit banyak mengingatkan saya akan tulisan Ika Natassa. Dan, sebenarnya buku ini benar-benar bukan genre kesukaan saya. Dari judulnya saja sudah sangat menyebalkan, Perempuan Lain. Ugh, tema selingkuhan yang super saya benci. Siapa pula yang akan disuka kalau diselingkuhi, kan?
            Ok, sebelum masuk kebagian perselingkuhan, saya benar-benar menikmati jalinan cinta antara Sandi dan Maya. Ampun, di awal Sandi ini benar-benar mengingatkan saya akan tokoh di novel L, siapa lagi kalau bukan Rei. Bikin saya kangen dia lagi, kan? Pertemuan mereka berdua ini juga lumayan unik sama-sama berhubungan dengan makanan juga. Dan, lebih konyol Maya sih yang pakai insiden dipinjemin uang ceban sama Sandi. xD
            Interaksi antara Maya dan Sandi itu nyenengin banget. Enak banget baca dialog-dialog mereka berdua nggak ngebosenin. Penulis bener-bener jago! Makanya saya sempet terlena dengan kejutan yang memang dari awal sudah diberitahu penulis. Pas bagian Sandi ketahuan sudah punya tunangan itu lho bener-bener jleb banget. Saya yang sudah nebak-nebak pun ikutan syok seperti Maya. Maya pastinya hancur dong.
            Di awal saya sangat menyukai tokoh Sandi, walaupun omongan Sandi terkadang cheesy banget tapi nggak apa-apa lah secara Sandi resmi jadi pacar Maya, saat itu. Tapi, makin ke belakang entah kenapa penulis terlalu cepat untuk mematikan tokoh Sandi ini. Berasa dari awal tokoh Sandi ini seperti tempelan saja. Rasa-rasanya seperti mimpi hubungan Maya dan Sandi yang terjalin. Yah, mungkin itu kelemahan penulis kali, ya. Karena sama seperti di novel L di akhir ada satu tokoh yang ikut-ikutan dimatikan secara mendadak dan rusuh.
            Dan, kejutan lain di akhir bener-bener bikin saya sukses melongo. Saya kaget karena  Maya mendapat akhir seperti itu? Ugh, bukan akhir yang saya harapkan. Tapi, cukup realistis lah. So, kapan lagi nih ada tulisan baru penulis? Saya masih penasaran dan kepengin baca. :D

[Review] L

0

Judul : L
Pengarang : Kristy Nelwan
Tahun Terbit : Cetakan I, Agustus 2008 ; Cetakan IV, April 2012
Penerbit : PT Grasindo
Jumlah Halaman : 344 hal
Kategori : Romance, Religius,
Harga : Rp. 77.000,-
ISBN : 978-979-025-417-6
Rating : 4/5

            Ava Torino merasa bahwa jatuh cinta sungguh khas sinetron banget. Dan memutuskan untuk tidak akan pernah jatuh cinta. Sehingga dengan lancarnya dia punya ide gila untuk mempunyai pacar dengan nama sesuai alphabet. Ide yang super gila. Semakin gila keadaannya ketik selama 6 tahun terakhir Ava sudah mendapatkan semua nama-nama pacar sesuai huruf alphabet, kecuali huruf L yang kelewat susah bagi Ava.
            Pencarian pacar dengan nama huruf L ini mempertemukan Ava dengan Ludi. Dasar Ava yang tidak suka menunda, Ava langsung menyambar Ludi dan memproklamirkan hubungan mereka berdua pada teman-teman Ava. Teman-teman Ava hanya bisa takjub dengan kelakuan Ava ini. Dan sempat bertanya-tanya kapan Ava bisa jatuh cinta.
            Hingga semesta mempertemukan Ava dengan pria bernama Rei. Satu-satunya pria yang membuat Ava nyaman dan bisa merasakan apa itu cinta sebenarnya. Tapi, mengapa nama pria itu harus dimulai dengan huruf “R” baik Ava maupun teman-temannya sangat berharap nama Rei dimulai dengan huruf L.



************

            Aaaaarggggggghhhh!!!!! Buku ini bener-bener sukses bikin saya jejeritan! Suka sekali dengan buku ini. Suka sekali dengan Ava Torino. Suka sekali dengan Rei. Suka sekali dengan endingnya walau ....... Pokoknya bagi saya buku ini super sekali. Dan izinkan sekali ini saya membuat spoiler baik itu sengaja atau bukan. Saya benar-benar bisa gila seandainya tidak mencurahkan perasaan lewat tulisan mengenai novel ini! Ok, pardon me seandainya super lebay sekali. Tapi, seriusan, buku ini sangat bagus, seandainya punya buku fisiknya kepengin meluk kenceng-kenceng dan nggak mau pisah sama tokoh Ava dan Rei. So, bisa dipastikan buku ini adalah buku terbaik selama 3 bulan pertama di tahun 2016 yang sudah saya baca!
            Ok, mari kita bahas ceritanya sendiri. Ava Torino digambarkan sebagai wanita dewasa berumur 25 tahun yang nyentrik, percaya diri, mapan dan cantik. Semuanya ada di diri Ava. Ava memulai sebuah ide gila ketika masih kuliah dulu, yaitu ingin punya pacar dengan nama sesuai urutan alphabet. Sinting, kan?    Idenya bener-bener fresh. Gila saja, setahun bisa punya pacar berapa tuh? Karena Ava kurang satu lagi pacar dengan huruf L. Huruf keramat bagi Ava.
            Ava bertemu dengan Rei di warung nasi goreng ketika Ava liburan ke Yogyakarta dengan teman-teman kantornya. Mereka berdua terlibat obrolan sambil menikmati rokok dan Rei merasa Ava ini sangat gila dengan gagasan pacar alpabetnya. Dan, setelah pertemuan mereka berdua Ava bertemu dengan lelaki dengan hurur keramat L, Ludi. Tanpa ragu, Ava pacaran dong dengan Ludi. Ava ini sebenarnya tipe easy going jadi yah Ava selalu menanggapi hidup dengan santai. Dia merasa mapan, punya pacar mapan juga, orang-orang di sekitarnya rebut mengenai dirinya kapan nikah. Akhirnya tanpa ragu Ava pun menerima pinangan Ludi.
            Dan, seakan semesta mempermainkan dirinya, Ava bertemu lagi dengan Rei. Ava bertemu Rei di tempat kerja baru yang Ava lamar. Dimulailah hari-hari kebersamaan mereka. Ava tidak pernah jatuh cinta. Bagi Ava cinta itu sinetron. Lalu disebut apa perasaan nyamannya ketika berada di dekat Rei?
            Sudah bisa dipastikan saya sangat jatuh cinta dengan tokoh Rei. Semua obrolan yang keluar dari mulut Rei itu nyenengin banget bacanya. Keusilan dia pada Ava bener-bener bikin saya senyum-senyum sendiri bahkan jejeritan xD. Pokoknya Rei is the best, lah! Saya sudah menduga-duga pasti Ava bakalan batal tunangan, secara sudah dipastikan cintanya hanya untuk Rei. Tapi ...... kejutan yang diberikan oleh penulis mengenai nasib Rei ini bener-bener bikin saya sakit hati. Saya langsung lemes begitu tahu akan seperti apa nasib Rei nanti. Dan, super kesel dong, ya. Saya selalu mengulang-ulang : Kenapa nama Rei bukan dari huruf L, sih?
            Saya bukan menentang buku rohani atau apa pun. Tapi, ketika baca novel saya memang lebih menyukai bahwa sudah deh tokoh-tokohnya tidak perlu diberi label agama. Dan, saya lumayan syok ketika diberitahu bahwa Ava beragama Islam dan Rei beragama Kristen. Makin membuat saya lemes. Kenapa pula sih ada unsur beda agama begini? Dan seperti yang Mas Ijul bilang di reviewnya, penulis terlalu mejatuhkan citra agama Islam. Ava doyan mabuk-mabukan. Sedang Rei adalah pemuda Kristen yang taat. See? Saya sih punya dugaan, apa karena penulis beragama Kristen jadi condong ke Rei? Entahlah. Yang pasti saya sangat tidak menyukai ide kemunculan label agama ini.
            Well, masalah agama biarlah jadi tempelan bagi saya. Karena saya kadung jatuh cinta pada tokoh Rei. Dan akhir buku ini membuat saya benar-benar puas dan treyuh. Dan kejutan manis yang diberikan penulis mengabulkan permintaan saya bahwa Rei itu .... Ah, Rei. Rasa-rasanya saya akan selalu kangen sama kamu. xD

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com