Judul : Chemistrick
Penulis : Indah Hanaco
Tahun Terbit : 2019
Bisa dibaca secara gratis di Storial.co
Membaca cerita yang dibuat oleh penulis favorit memang
tidak usah diragukan lagi. Rasanya sangat menyenangkan. Tidak ada keluhan
selama membaca, lancar sekali tiap membaca kalimat demi kalimat. Niat hati hanya
ingin mencicipi beberapa bab, eh malah keterusan baca sampai bab terbaru.
Jika ada penulis yang terlalu nyaman memakai profesi
yang sama untuk para tokoh karyanya, Indah Hanaco termasuk penulis yang gemar
sekali mengeksplor macam-macam profesi pada setiap tokoh di cerita-cerita yang
dibuatnya. Bukan dalam konotasi negatif, tapi ini sangat bagus karena selain
menambah pengetahuan pembaca bahwa ada banyak sekali jenis pekerjaan di dunia
ini, menghindari kebosanan yang paling utama.
Seperti tokoh utama dalam cerita Chemistrick ini
memiliki pekerjaan yang lumayan unik. Robin sendiri mengambil jurusan ilmu
forensik ketika kuliah tapi malah berakhir menjadi perancang cincin. Banting
setir yang lumayan tajam, menurutku. Sempat membuat rasa penasaran ini muncul,
ada masa lalu apa di balik perubahan jalur profesi Robin ini.
Profesi tokoh utama wanitanya malah tak kalah
nyentrik, seorang penipu. Yah, bukan seperti penipu dalam film-film yang
merampas uang. Tapi Vivian punya pekerjaan sebagai “pengganti” artis. Tugas Vivian
sederhana, hanya menghadiri acara-acara yang kebetulan sang artis tidak bisa
menghadiri. Cocok bukan kalau Vivian disebut penipu?
Profesi ini juga yang mempertemukan Robin dan Vivian.
Yah, walau setelah pertemuan dramatis itu Vivian dipaksa mengundurkan diri dari
pekerjaannya.
“Barry menatap
putrinya dengan kecemasan yang begitu kentara, “Papa nggak suka kalau kamu
benci sama Mama.” “Aku nggak benci, Pa,” bantah
Vivian buru-buru. “Tapi Papa tau sendiri hubungan kami kayak apa aku nggak
bisa bermanja-manja sama Mama. Dulu, Mama yang bikin jarak, kan? Kalau sekarang
mau diperbaiki, rasanya udah telat banget. Aku udah terbiasa ditolak. Kalau dekat
Mama, ada rasa cemas Mama akan menolak dan marah-marah nggak keruan lagi.”
(Vivian – Bab 10)
Sejauh ini cerita yang saya baca masih perkenalan para
tokoh utamanya. Flashback masa lalu
kedua tokoh utamanya yang suram membuat saya simpatik kepada mereka berdua. Entah
kenapa sejak awal saya merasa tertarik sekali dengan kisah masa lalu Robin dan
Vivian. Padahal biasanya saya lebih suka cerita manis kisah cinta para tokoh
utamanya. Hampir selama membaca 26 bab sejauh ini masih berkutat dengan flashback masa lalu Vivian dan Robin. Jujur,
seharusnya bagian flashback ini
membosankan. Karena biasanya alur cepat lebih kusukai, tapi masa lalu mereka
berdua itu sungguh menarik dan membuat saya penasaran. Malahan, fokus saya
beralih pada masa lalu mereka.
“Robin bukan orang yang suka mencampuri urusan orang
lain. Dia tidak pernnah bersikap sok pahlawan untuk membela seorang cewek yang
sedang adu mulut dengan pacarnya. Namun dia paling tidak tahan jika ada
laki-laki yang bersikap keterlaluan dan cenderung kurang ajar. Robin sudah
pernah melihat pertengkaran yang awalnya tampak sepele malah berakhir dengan
peristiwa fatal. Dia tidak mau lagi dihantui rasa penyesalan karena tidak mau
melakukan apa-apa.” (Robin – Bab 3)
Banyak sekali isu yang diangkat dalam cerita ini. Salah
satunya kekerasan yang terjadi pada pasangan. Pasangan yang suka memukul orang
yang dicintainya? Hal itu terasa gila dan nggak masuk akal. Tapi, memang hal
itu sering terjadi. Sang korban bukannya meminta pertolongan malah merasa
bersalah, karena rasa cintanya pada pasangannya, menyebabkan pasangannya bersikap
temperamental.
Saya merasa, kisah mereka berdua ini masih akan lama
menuju kata akhir. Karena cerita masih berkutat pada masa lalu mereka berdua. Saya
sendiri sudah deg-degan sekali menunggu apa hubungan masa lalu Robin dan
Vivian. Ada rahasia besar apa yang nantinya menunggu masa depan mereka berdua. Harapan
saya tentu saja akhir yang bahagia untuk mereka berdua.
Rombongan pendakian Robin cs (Pic from Google) |
Selama menanti
konflik besar apa yang nantinya akan mereka lalui, saya suka sekali
selingan perjalanan mendaki Annapura Base Camp di Nepal. Robin dan Vivian
dipertemukan kembali oleh penulis ketika mereka sama-sama berlibur ke Nepal. Saya
bukan tipe orang yang gemar olahraga, apa lagi mendaki. Pengalaman mereka
berdua membuat saya tahu bagaimana rasanya mendaki gunung. Yang jelas sih pasti
capek banget perjalanan mereka berdua. Hanya saja ketika mereka mengagumi
betapa indahnya pemandangan yang mereka lalui selama pendakian, mau tidak mau
membuat saya juga penasaran keindahan alam Nepal.
Seperti yang sudah saya singgung di awal, cerita
mereka berdua masih jauh dari kata selesai. Saya sempat membaca postingan
penulis bahwa cerita ini ditulis ketika penulis merasa kebuntuan ingin menulis
apa. Wah ini sih berasa pamer banget, tulisan waktu buntu saja sebagus ini, apa
lagi ketika dewa inspirasi sedang berbaik hati pada beliau. Semoga saja penulis
tidak kehabisan ide dalam setiap pembuatan ceritnya, dan semoga berhasil menang
lomba tulisan di storial ini! Good luck!