Minggu, 08 Januari 2017

[Review] The Girl on The Train




Judul: The Girl on The Train
Pengarang: Paula Hawkins
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Penerbit: Noura Books
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 431 halaman




Sinopsis

Rachel menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Setiap hari dia terguncang-guncang di dalamnya, melintasi sederetan rumah-rumah di pinggiran kota yang nyaman, kemudian berhenti di perlintasan yang memungkinkannya melihat sepasang suami istri menikmati sarapan mereka di teras setiap harinya. Dia bahkan mulai merasa seolah-olah mengenal mereka secara pribadi. Jess dan Jason, begitu dia menyebut mereka. Kehidupan mereka-seperti yang dilihatnya-begitu sempurna. Tak jauh berbeda dengan kehidupannya sendiri yang baru saja hilang.
Namun kemudian, dia menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta mulai bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini segalanya berubah. Tak mampu merahasiakannya, Rachel melaporkan yang dia lihat kepada polisi dan menjadi terlibat sepenuhnya dengan kejadian-kejadian selanjutnya, juga dengan semua orang yang terkait. Apakah dia telah melakukan kejahatan alih-alih kebaikan?

Review


Rutinitas yang biasa dijalani oleh Rachel Watson adalah berangkat pagi dan pulang sore dari wilayah Ashbury tempat tinggalnya ke tempat kerjanya di Euston menggunakan kereta api. Tempat duduk favorit Rachel adalah di Gerbong D. Dimana dia bisa mendapat pemandangan sempurna ke rumah pinggir-rel favoritnya : rumah nomor lima belas. Keadaan rumah dan penghuninya itu selalu mengingatkan Rachel akan kehidupan pernikahannya dulu. Dimana Rachel masih menjadi pasangan bahagia bersama mantan suaminya, Tom Watson. Imajinasi Rachel yang aktif membuat dirinya mengkhayalkan pasangan suami-istri itu bernama Jason dan Jess. Walau sebenarnya Rachel tidak mengenal mereka, Rachel selalu menganggap mereka sebagai pelipur lara Rachel yang tidak berhasil mempertahankan rumah tangganya.
Hampir setiap hari Rachel selalu mengamati keadaan rumah nomor lima belas itu. Di mata Rachel, Jason dan Jess adalah pasangan yang sempurna dan serasi. Sama-sama berwajah rupawan dan terlihat saling mencintai satu sama lain. Karena itulah Rachel menjadi marah ketika dirinya tahu Jess berselingkuh dari Jason. Dari kejauhan di tempat duduknya Rachel melihat Jess sedang berciuman dengan lelaki berkulit gelap yang Rachel pastikan itu bukan Jason.

“Betapa teganya Jess berbuat seperti begitu. Ada apa dengannya? Lihatlah kehidupan yang mereka miliki, lihatlah betapa indahnya! Aku tidak pernah mengerti betapa orang bisa dengan entengnya mengabaikan kerusakan yang mereka timbulkan gara-gara mengikuti kata hati mereka. Siapa bilang mengikuti kata hatimu adalah sesuatu yang baik? Itu egoisme murni, keegoisan tertinggi.” (Rachel-p.39)

Rachel tidak habis pikir mengapa Jess tega berselingkuh dari Jason. Mengapa Jason harus bernasib sama seperti dirinya yang ditinggalkan Tom demi seorang wanita bernama Anna.  Pikiran Rachel hanya satu, dia harus segera memberi tahu Jason apa yang sudah dilihatnya. Rachel memutuskan untuk berkunjung ke rumah nomor lima belas yang selama ini selalu diamatinya dari jauh itu. Namun, sebelum Rachel sempat melaksanakan niatnya terjadi peristiwa hilangnya wanita bernama Megan, yang tak lain dan tak bukan adalah nama sebenarnya Jess dalam khayalan Rachel.
Rachel mulai meragukan tindakannya karena setelah kemarahannya itu Rachel memilih untuk mabuk-mabukan. Rachel tidak bisa mengingat peristiwa malam itu karena dirinya terlalu banyak menenggak alkohol. Mungkinkah Rachel ada hubungannya dengan peristiwa hilangnya Megan?

***

Perasaan saya ketika membaca novel The Girl On The Train adalah bagaimana saya selalu terkecoh dengan segala yang ada pada tokoh Rachel. Awalnya saya menyangka Rachel adalah perempuan membosankan yang suka sekali berkhayal selama perjalanannya di kereta api. Namun, ternyata kehidupan Rachel sangat rumit. Karena merasa dirinya tidak bisa memiliki bayi Rachel menjadi depresi dan memilih alkohol sebagai pelariannya. Tom yang tidak tahan dengan Rachel memilih perempuan lain demi menghibur dirinya. Puncaknya ketika Tom menyerah dan menceraikan Rachel. Rachel yang masih mencintai Tom sebenarnya tidak menginginkan perceraian. Anna, istri baru Tom yang sedang mengandung semakin menegaskan dirinyalah yang menjadikan penyebab kerusakan rumah tangganya. Rachel menjadi semakin depresi dan sering mabuk-mabukkan yang menyebabkan dirinya dipecat dari tempat kerjanya.
See, kejutan lain karena sebenarnya Rachel hanya bolak-balik setiap hari walau dirinya tidak memiliki pekerjaan lagi. Bisa dipastikan Rachel bukanlah jenis tokoh yang bakalan disukai pembaca. Seperti tidak adanya hal baik dari diri Rachel yang mudah disukai oleh pembaca. Namun, entah kenapa saya malah simpatik pada tokoh Rachel. Segala tindakan depresi Rachel sangat masuk akal. Mengingat seperti yang kita tahu masyarakat masih memiliki pandangan bahwa rumah tangga yang sempurna adalah dengan adanya bayi. Rachel memilih menyerah karena walau sudah berusaha dirinya kesulitan memiliki seorang bayi.
Hal yang paling menarik dari novel ini ditulis dengan menggunakan tiga sudut pandang yang berbeda. Novel ini memakai sudut pandang Rachel, Megan dan Anna. Saya merasa takjub ketika ketiga tokoh ini saling berhubungan satu sama lain. Awal cerita sama sekali tidak ditunjukkan bahwa Rachel mengenal Megan dan Rachel sendiri memilih untuk tidak berhubungan dengan Anna yang sudah merebut mantan suaminya. Peristiwa hilangnya Megan menjadi puncak konflik dalam kehidupan Rachel. Rachel yang merasa mempunyai bukti penting hilangnya Megan, malah menjadi ragu ketika kewarasannya patut dipertanyakan. Pembaca malah digiring untuk mempunyai pikiran : Benarkah Rachel sebagai saksi alih-alih dirinya adalah sang pelaku? Saya sangat kagum dengan kekuatan bercerita penulis yang membuat pembacanya terombang-ambing ketika mengumpulkan bukti-bukti yang dipaparkan sejak hilangnya Megan.
Saya menyukai keputusan yang diberikan oleh penulis dengan mengajak pembaca untuk menebak misteri hilangnya Megan. Penulis sedikit demi sedikit memberi petunjuk siapa dalang di balik hilangnya Megan. Kesenangan untuk pembacalah yang coba diberikan sang penulis. Penulis dengan gamblang memberi bukti-bukti yang mengarahkan pada pelaku. Dan saya sebagai pembaca merasa terkejut ketika bisa menyimpulkan siapa pelaku sebenarnya. Saya sampai ikut tegang dan deg-degan seperti tokoh utama, akan seperti apa ending yang diberikan penulis.
Novel bergenre thriller psikologi pertama yang saya baca yang berhasil memunculkan ketegangan sampai akhir. Pembaca dibuat penasaran dan terkecoh dari awal. Suatu bacaan yang tidak akan membuatmu berhenti sebelum selesai membacanya. Selamat membaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)