Jumat, 25 November 2016

[Review] Déessert



Judul : Déessert
Penulis : Elsa Puspita
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : 2016
Tebal : 318 hlm
ISBN : 978-602-291-121-0



Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Tapi, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Dengan sosok yang jauh berbeda daru masa lalu. Lebih tampan, lebih berkharisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati?
Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai chef pastry.
Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.
Suasana makin diperparah dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin di antara mereka tampaknya akan meledak, memuntahkan segala ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum sepenuhnya selesai.

******

Naya dan Dewa pernah menjalin kasih ketika masih berseragam abu-abu dulu. Namun, ketika Dewa memutuskan melanjutkan study ke Sydney hubungan mereka putus di tengah jalan. Nara merasa hubungan mereka tidak berhasil karena Dewa berhenti memberi kabar. Hubungan jarak jauh jika tidak diimbangi dengan komunikasi yang lancar memang menjadi faktor utama kehancuran suatu hubungan. Karena mereka tidak putus secara baik-baik, Nara sangat membenci Dewa.
Sepuluh tahun kemudian, Nara yang merasa sudah waktunya move on hijrah ke kampung halamannya, Palembang. Begitu selesai kuliah dan demi melupakan kenangannya bersama Dewa, Nala memutuskan mencari peruntungan nasib ke ibu kota. Walau tidak menjadi presenter kuliner makanan yang terkenal, Nara lumayan menyukai pekerjaannya itu. Ketika Nara diajak berbisnis dengan sahabat sekaligus kakak Dewa, Lulu, tanpa pikir ulang Nara menyetujuinya. Sudah impian Nara ingin mempunyai Restoran sendiri. Bersama Lulu dan suami Lulu, Nara memulai usaha bisnisnya. Yang Nara tidak tahu adalah di waktu yang sama Dewa pun memutuskan untuk pulang. Dewa merasa sudah saatnya pergi dari Sydney dan membuka toko sendiri di kampung halaman.

*******

Hal yang akan terjadi ketika membaca novel Deessert adalah lapar. Sungguh kue-kue yang bermunculan di tiap halaman cerita membuat saya tidak bisa menahan air liur. Kepiawaian Dewa membuat makanan manis pacung diacungi jempol dan membuat saya iri pada Nara yang bisa mendapat pacar seorang Chef Pastry. 
Saya menyukai cerita Nara dan Dewa. Ketika pertemuan mereka selama bertahun-tahun, Nara yang sakit hati langsung meninju Dewa. Wow, Nara ini hebat sekali. Tipe-tipe gadis kuat dan mandiri. Maksudku, sekesal apa pun sama seseorang, saya terlalu pengecut untuk bisa seperti Nara.
Yah, mau bagaimana lagi saya sangat mengerti perasaan Nara. Sudah tidak ada permintaan maaf Dewa malah bersikap dingin pada Nara. Apa yang bisa Dewa harapkan selain sebuah pukulan? Nara berusaha bersikap profesional. Karena terpaksa juga Nara berusaha tidak peduli dengan keberadaan Dewa. Padahal dalam hatinya Nara masih peduli. Bertahun-tahun mencoba melupakan, usaha Nara tidak pernah berhasil. Apa lagi sekarang fisik Dewa berubah, dia tidak sekurus sewaktu SMA dulu. Dewa sudah menjadi lelaki gagah dan tampan.
Walau interaksi mereka berdua sangat jarang dan dingin, perasaan mereka berdua masih sama seperti dulu. Dewa dan Nara berusaha sebaik mungkin untuk tidak saling peduli. Namun sayangnya perasaan cinta mereka lebih kuat dan dominan. 
Saya selalu penasaran alasan dibalik renggangnya hubungan Nara dan Dewa. Dan agak tidak percaya ketika Nara mengatakan hanya karena Dewa berhenti memberi kabar padanya. Oh ayolah padahal mereka berdua ini sangat mesra. Dan bodoh sekali ketika Dewa melepas cinta pertamanya. Makanya saya agak sebal sama Dewa. Bisa-bisanya tahan tidak berhubungan dengan pacar tercinta. Atau sudah sifat dasarnya pria yang terlalu santai? Perempuan yang biasa terlalu sensitif. Tidak. Saya tidak merasa kalau tindakan Nara salah. Bagaimana hati tidak gundah ketika tidak menerima kabar sama sekali dari pujaan hati. Saya pun akan kesal. Setiap hari yang dilakukan hanyalah khawatir. Siapa yang tidak capek? Nara berhenti untuk berusaha dan mencari pelarian dari lelaki yang lebih mencintainya.
Ketika saya tahu alasan mengapa mereka berdua putus yang ada di pikiran saya saat itu adalah bodoh. Seringnya manusia terlalu mementingkan harga diri hingga melupakan hal-hal yang penting. Untung saja mereka berdua ini jodoh. Masih dipertemukan lagi, coba gimana nasib pasangan lain? Ah, namanya juga takdir. Mereka berdua memang harus bertemu walau menunggu bertahun-tahun lamanya.
Bacaan yang menyenangkan dan bikin lapar. Semoga saya mendapat kesempatan untuk membaca seri Yummy Lit lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)