Jumat, 29 Maret 2013

Apartemen 666



Judul : Apartemen 666
Pengarang : Sybill Affiat
Penerbit : Stiletto Book
Halaman : 202 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan I, Januari 2013
Kategori : Fiksi, Misteri, Horor-Indonesia
Harga : Rp. 36.000,-
ISBN : 978-602-7572-10-2
Sumber Gambar : disini
Bisa dibeli di bukupediacom 


Terima kasih kepada Mas Dion yang sudah menawarkan buku ini dan saya terpilih dalam undiannya. Terima kasih juga kepada Penulis yang mau memberikan buku ini secara gratis untuk diresensi anggota BBI dan saya yang beruntung mendapatkannya :D
Well, saya ini bukan penikmat novel horor sebenarnya, bukan masalah karena takut atau apa justru terkadang karena tidak dapat feel takutnya jadi saya malas membaca buku/menonton film horor. Khususnya bikinan produk lokal yang terkadang sama sekali tidak ada cerita seram malah lebih keadegan 21+. Yah sedikit OOT dari buku.
Cerita buku ini dibuka dengan seorang pegawai kantoran yang sudah mengambil cuti selama 2 bulan karena kondisi Ibunda-nya. Adalah Samara yang kembali bekerja setelah cuti dengan tidak mengambil bayaran. Namun apa yang didapatkan Samara hanya kenyataan pahit bahwa tanpa sebab yang jelas, hanya keberadaan seorang pegawai pengganti—Shanti—dia harus terdepak dari perusahaan yang sudah menerimanya sebagai pegawai selama 2 tahun. Samara yang merasa kalut merasa perusahaan tidak adil dengan memecatnya. Dan dia pun membenci Bosnya—Ridwan—yang seenaknya memecatnya. Sungguh bertambah sial nasibnya ketika dia berniat mengajukan protes atas tindakan semena-mena yang dilakukan Bosnya. Dia mendapatkan kenyataan bahwa Ridwan sedang dinas keluar pulau. Dengan hati gundah gulana Samara meninggalkan kantor yang sudah tidak menerimanya kembali dan tanpa dia sadari ada sesosok bayangan nenek tua yang mengejar-ngejarnya.
Ok, ketika membaca bab pertama aku lumayan beranggapan bahwa ceritanya mungkin saja menjanjikan karena di awal saya pesimis karena bukunya tipis. Bukan apa-apa terkadang halaman yang tipis hobi sekali menamatkan cerita dengan tergesa-gesa. Balik lagi ke isi buku. Aku suka gaya bahasa yang dipakai Penulis. Walau terkadang Penulis terlalu berlebihan ketika menggambarkan sesuatu tapi aku suka. Gaya bahasa adalah poin penting untukku bisa nyaman membaca suatu buku.
Namun apa yang kudapat ketika cerita memasuki setengah halaman buku adalah kebingungan tentang plot cerita. Seakan-akan buku ini tidak ada konflik apapun. Hanya hari-hari yang dijalani oleh Samara. Dipecat dari pekerjaannya, galau ketika belum dapat pekerjaan, kegirangan ketika mendapat pekerjaan baru dengan segala kemewahan yang diberikan dan masa lalu dia dengan bos barunya.
Lalu dimana sih letak horornya buku ini seperti yang digambarkan oleh covernya? Bagiku sama sekali tidak ada unsur horor dalam buku ini. Adegan kemunculan hantu nenek tua yang seharusnya seram sama sekali tidak ada gregetnya. Padahal seharusnya kemunculan hantu nenek tua ini kan bagian yang penting yang akan mengubah hidup Samara. Kenapa terasa biasa-biasa saja ya? Sekali lagi aku tegaskan mungkin aku memang bukan penakut tapi aku suka tegang kalau baca yang seram-seram kadang jantungku juga berisik banget seperti waktu baca novel Dracula. Nah novel ini ya aku datar-datar aja bacanya. Apalagi tempat yang dipilih kemunculannya itu loh yang sudah umum. Kenapa aku bilang umum? Yah semua orang juga walau ada/tidak ada kemuculan hantu, lift dibasement kan emang serem. Namanya juga bawah tanah hawanya juga pasti dingin dan terasa gelap. Jadi ya aku sendiri sudah menebak bahwa pasti ada apa-apa yang akan terjadi.
Untuk sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga. Tetapi entah kenapa aku merasa sudut pandang yang dipakai Penulis adalah sudut pandang Samara. Hampir semua cerita dibuku ini adalah tentang Samara. Dari dia bekerja, pulang kerja, bertemu dengan Bosnya, pesta akhir pekan dan lain-lain lah. Nah kenapa coba ga sekalian dibikin sudut pandang orang pertama aja pasti cerita lebih mengalir dan enak dibaca. Hal yang paling ganjil lagi adalah ketika Samara sudah menganggur kenapa lowongan pekerjaan yang ditawarkan Pak Ridwan ketika 7 bulan yang lalu Samara dipecat masih berlaku? Bukankah Leana—Bos baru Samara—juga bilang bahwa dia sedang membutuhkan asisten pribadi secepatnya? Wow! Selama 7 bulan sama sekali ga ada yang ikut melamar! Sombong bener ya para pengangguran menyia-nyiakan lamaran pekerjaan ini x). Memang pada akhirnya ada penjelasan dibalik semua itu tapi dengan merujuk pada sudut pandang orang ketiga kenapa tidak ada sedikitpun penegasan tentang keanehan 7 bulan ini? Lain cerita kan kalau sudut pandangnya Samara.
Semua karakter yang ada dibuku ini juga kurang kuat. Penulis hanya bermain dengan karakter Samara saja seakan-akan karakter yang lain hanya sebagai tempelan. Harusnya karakter lain lebih dieksplor lagi dan lebih banyak konfortasi dalam adegan tiap adegan. Seperti dengan tokoh Leana yang super penting juga jarang sekali ada konfortasi langsung. Bisma sebagai suami juga berasa jadi pajangan nganggur.
Untuk masalah percetakan hanya ada beberapa typo yang tidak terlalu mengganggu. Dan untuk covernya aku suka dengan font judul yang menarik perhatian itu. Hanya saja saya jadi bertanya-tanya wanita serem yang rambutnya panjang noh sapa ya? Prasaan di dalam buku ga ada deh tokoh itu. Terus apa covernya ga kebanyakan informasi ya? Gambar ruangan serem, gambar wajah serem hantu cewek, tangga dan siletto merah. Mungkin penerbit sendiri berniat membuat cover yang tidak akan terabaikan hanya saja kenapa covernya kurang terang? Saya sendiri kurang bisa melihat isi covernya kalau hanya dilihat sekilas.
Untuk bagian ending-nya saya suka sekali dengan keputusan Penulis akan nasib Samar. Habis dengan segala kenyataan dan kekejaman dunia nasib Samara ya sudah seharusnya seperti itu. Makanya dengan ending seperti itu aku lumayan terhibur.
Walau buku ini kurang menghibur bagiku tetapi tidak ada salahnya untuk mencicipi horor Penulis lokal apalagi dengan mengambil tema yang Indonesia banget dirasa cocok untuk dibaca sebagai hiburan.
Untuk Surtikanti aku kasih nilai 2 :)

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)