Minggu, 05 Agustus 2012

'Bidadari-Bidadari Surga'

Album_pic
Judul : Bidadari-bidadari Surga

Pengarang : Tere Liye

Tahun Terbit : Cetakan VI, Maret 2010

Penerbit : Republika

Kategori : Fiction, Romance

 

‘Pulanglah. Sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku, sebelum semuanya terlambat, pulanglah....’

Pesan 230 karakter tersebut dengan kecepatan bagai rudal tanpa ada yang dapat mencegahnya terkirim ke empat nomor telepon genggam. Tak peduli di manapun itu berada. Tak peduli sedang apapun pemiliknya. Kabar itu segera terkirimkan. Melesat mencari empat nomor telepon genggam yang dituju.

Ke empat nomor telepon tersebut adalah milik Dalimunte yang saat itu sedang menjadi pembicara di simposium internasional fisika, Ikanuri dan Wibisana yang baru saja menginjakkan kaki di tanah Roma demi menyelesaikan tender hak pembuatan sasis salah satu mobil balap tersohor produksi Itali, kemudian telepon genggam Yashinta yang sedang mengamati aktivitas alap-alap kawah di tubir kawah Semeru.

Tanpa mempedulikan semua aktivitas yang sedang mereka lakukan saat itu mereka berempat bergegas menuju Lembah Lahambay, tanah kelahiran mereka titik balik keberhasilan mereka berempat.

 

Sudah bisa dipastikan novel-novel Tere Liye tidak pernah mengecewakan pembaca. Salah satunya novel ini. Awalnya kupikir novel ini tentang hebatnya peran seorang Ibu. Tapi ternyata bukan itu yang dibicarakan Tere Liye, melainkan seorang kakak yang rela berkorban demi kehidupan yang lebih baik dari adik-adiknya. Sungguh baru kali ini tiap bab dalam novel yang ku baca selalu membuatku berkaca-kaca. Tenang sebentar tiba-tiba dadaku mulai sesak ketika sampai pada bagian masa lalu dengan kakak mereka Laisa. Yah novel ini mengambil alur maju mundur yang lebih banyak menceritakan masa lalu para tokoh. Padahal menurutku tema yang diangkat sungguh sederhana dan simpel yaitu kasih sayang seorang kakak kepada adik-adiknya. Dan dengan pemakaian sudut pandang orang ke tiga yang penulis menjadi pengamat. Dulu banget aku pernah mikir memang ada ya yang nulis novel tiba-tiba kebagian peran dibukunya sendiri gitu? Mungkin karena aku kurang baca buku-buku yang lain dan mungkin sduah tapi lupa aku baru sadar kalau Tere Liye suka memakai sudut pandang seperti ini yang aku temukan pada novel ini dan novel delisa.

Keluarga Mamak Lainuri yang tergolong berekonomi rendah dan setelah kematian sang suami menambah deretan kesulitan ekonominya. Laisa yang sebagai anak pertama dengan terpaksa merelakan masa kanak-kanaknya membantu Mamak Lainuri bekerja untuk kepentingan sekolah adik-adiknya. Sebenarnya tema dibuku ini sudah umum dimana perjuangan orang miskin untuk menjemput kehidupan lebih baik. Tapi justru itulah selalu yang aku bilang kehebatan Tere Liye yang bisa meramu cerita menjadi lebih menarik. Isu sekolah pun selalu disinggung penulis, dengan tokoh Laisa yang selalu menasihati adik-adiknya untuk sekolah dan sekolah dan kalau tidak sekolah tidak mempunyai masa depan. Semua yang membaca pasti selalu tertohok dengan bagian ini karena yah bagi aku pribadi sekolah bukan menjadi tempat favorit hehe. Kita yang bisa sekolah terkadang tidak pernah ikut merasakan betapa masih banyak orang-orang yang ingin sekolah tetapi tidak bisa. Tokoh yang kusukai tentu saja Profesor Dalimunte selain dia pintar banget dan paling nurut diantara anak-anak paling nurut dan tentu saja romantisme strawberry yang terjadi antara Dalimunte dan Cie Hue—istrinya :D. Hampir semua novel Tere Liye yang pernah kubaca tidak lepas dengan adanya typo, yah walau karena ceritanya yang bagus jadi terlupakan tetapi pemberian informasi yang salah suka terjadi. Awal cerita dikisahkan bahwa Ikanuri dan Wibisana berumur 34 dan  33 tahun yang padahal Yashinta sebagai adiknya berumur 34 tahu. Dan ternyata mereka berdua berumur 36 dan 35 tahun.

Terlepas dari semua itu aku sangat menyukai novel ini :) dan wajib dibaca oleh siapapun agar kita belajar bagaimana kasih sayang yang tulus seorang kakak kepada adiknya :)

Aku kasih nilai 5 untuk Prof. Dalimunte :)

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan segan buat ngasih komen ya :)